Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Angkuh Kerontang Menjulang

23 November 2019   09:27 Diperbarui: 25 November 2019   10:26 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: westcoast-tree.org

Awalnya, engkau adalah tunas kearifan. Hijau, lembut dan penuh keramahan Membaur dengan belukar dan rumput liar, yang kau ajak tumbuh dalam pagar kebersamaan.

Perlahan engkau tumbuh tinggi, dahan-dahanmu berdaun lebat, menaungi belukar dan rumput liar yang begitu bahagia dengan sejuknya tetes embun yang dengan tulus kau jatuhkan.

Sudah jadi rahasia, engkau, belukar dan rumput liar, menikmati penghujung Ramadhan dan segarnya angin di ujung-ujung  musim. Bangga dan bahagia dengan tingginya adab dan kepedulian.

Tapi, itu masa lalu, cerita indah bertabur keriangan. Sekarang berubah menjadi dongeng dari suara serak di kejauhan. Semuanya berganti gersang, seperti gurun yang kering, serupa ruangan yang tak lagi pernah dikunjungi, menjejal penuh, tumpukan debu ketidakpedulian. Hampa dan menyesakkan.

Dirimu sekarang, serupa pohon tinggi menjulang penuh kepongahan, tapi pada saat bersamaan, batang dan dahanmu kering kerontang. Engkau telanjang, tapi merasa mengenakan baju kebesaran. Engkau terlampau jauh dari belukar dan rumput liar di kerendahan.

Ada saatnya angin kehidupan tak lagi berbisik, ia akan datang mencekik, tiba-tiba membuatmu patah. Ada masanya engkau meninggalkan mayapada. Tapi lihatlah, sekarangpun  Engkau tak lagi hidup, terlanjur mati dengan keringnya nurani, juga lunturnya empati.

Aku mendoakanmu, juga mungkin belukar dan rumput liar, semoga tunasmu kembali tumbuh, membiarkan butir-butir embun menetap di daun-daunmu, menyuburkan kembali kesadaran, bahwa kemegahan sesungguhnya terletak pada dulang-dulang pengertian, pada hati yang saling menebar tatapan, dan pada jiwa sejati yang memenangkan kasih sayang.

Langit Kalimantan, 22 November 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun