Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untuk Pemburu Kemarau

19 Agustus 2019   14:39 Diperbarui: 19 Agustus 2019   14:39 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.novica.com/

penuh pemburu
empat penjuru
rombongan pembunuh

kepala mendidih
hangus nurani
hitam..., mati...!

serapah dan kutuk
beringas tindak-tanduk
merindingkan tengkuk

terik ini sudah terlalu lama
retak tanah, terpotong, terpisah
kerontang yang disengaja

ikatan lepas
warna-warna terkelupas
berganti wajah-wajah ganas
yang merasa paling hebat, paling pantas!

pergilah, pergi kau, wahai pemburu kemarau!
kami tak butuh tungau dan hasutan parau
sebab seperti anak-anak dalam buaian yang merindukan peluk
kami mendambakan pohon-pohon berbuah, rindang dan sejuk!    

Jakarta, 19 Agustus 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun