Mohon tunggu...
Rio Capri
Rio Capri Mohon Tunggu... -

tinngi tegap

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Karma dan Tabur Tuai

28 April 2014   01:14 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:07 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

I. Pendahuluan

Secara umum orang mengartikan karma dengan arti seram. Karena seramnya, sering muncul nasehat untuk tidak melakukan suatu kesalahan atau dosa, agar tidak mengalami karma. Oleh karena itu pemahaman tentang karma menjadi karma menjadi negatif. Karma senantiasa dibicarakan sebagai hal yang tidak baik, tetapi arti karma sebenarnya adalah perbuatan dan hasil dari perbuatan itu. Karena sesungguhnya antara perbuatan dan hasilnya tak pernah bisa dipisahkan. Suatu perbuatan itu sudah satu paket dengan hasilnya, bagaikan dua sisi mata uang. Selanjutnya, yang dikatakan perbuatan itu adalah pikiran, perkataan, dan tindakan. Apa saja yang dilakukan di antara ketiganya akan membuahkan hasil. Demikianlah karma itu, sehingga karma dianggap sebagai sebuah hukum, yang memiliki kepastian. Kadangkala keberadaan hukum karma disamakan dengan nasib, bahkan suratan takdir. Di balik itu perlu dipahami bahwa suratan itu ditulis sendiri oleh yang bersangkutan, sama sekali bukan oleh orang atau pihak lain. Kalau perbuatan yang dilakukan baik, ya pasti hasilnya akan baik juga. Kalau yang dilakukan adalah perbuatan yang tidak baik, ya hasilnya juga demikian. Oleh karena ada satu aksi, akan ada suatu reaksi, dan seterusnya. Hukum inilah yang mengatur kehidupan di alam semesta dan kehidupan semua mahluk hidup.

Gautama adalah sang Budha, manusia yang tercerahkan atau terbangun. Para pengikutnya dapat juga mencapai pencerahan yang dialami oleh Buddha jika mereka mengikuti ajarannya.Dalam pandangan Gautama kehidupan spiritual belum bisa dimulai sebelum manusia membiarkan dirinya dikuasai oleh kenyataan adanya penderitaan, menyadari bagaimana hal itu benar-benar mempengaruhi seluruh kehidupan manusia. Kita juga tahu bahwa semua agama mengajarkan untuk mengubah sikap ego kita. Di dalam agama Budha karma adalah suatu doktrin yang artinya Tindakan, pekerjaan, perbuatan, tugas moral, hasil, pengaruh. DiDalam konsep ajaran Agama Buddha istilah karma sangatlah banyak dipergunakan dan keberadaannya sangat lekat dengan kehidupan umat. Sering sekali hukum karma disamakan dengan nasib, bahkan suratan takdir. Di balik itu perlu dipahami bahwa suratan itu ditulis sendiri oleh yang bersangkutan, sama sekali bukan oleh orang atau pihak lain. Mengapa orang bisa salah paham tentang karma dan bagaimana karma menurut pandangan agama budha?

II. Terminologi Kata

2.2 Apa yang disebuat dengan Budha?

Secara etimologi perkataan “Budha” merupakan berasal kari kata “Buddh” yang artinya bagun. Jadi orang Budha ialah orang “yang bagun”, artinya orang yang telah bangun dari malam kesesatan dan sekarang berada di tengah-tengah cahaya pemandangan yang benar. Ketika seseorang itu telah mencapai hal tersebut ia (seorang Budha) akan diberi nama yang lain misalnya Bhagavat (yang luhur) dan Tathagata (yang sempurna). Selanjutnya seorang Budhda merupakan orang yang mendapatkan pengetahuan dengan kekuatannya sendiri dan seorang Budha ketika ia mencapai pengetahuan itu tidak dengan mendapat wahyu dari Allah, juga tidak dengan mempelajari kitab suci atau dengan pengajaran dari seorang guru, seperti yang dikatakan Budha dalam Mahavagga I, 6, 7: “aku sendiri yang mencapai pengetahuan, akan kukatakan pengikut siapakah aku ini? Aku tak mempunyai guru, akulah guru yang tidak ada bandingnya”. Tetapi dengan ini tidak dinyatakan, bahwa seseorang manusia itu tidak dapat mencapai kebahagiaan seluruhnya dari dirinya sendiri. Tetapi seorang Budha sendiri selama hidupnya tidak dapat menerima dari seorang Budha yang lain, dorongan memberi pemandangan yang benar kepadanya. Sebab selama seorang Budha hidup, pada masa itu juga tidak ada Budha yang lain.

Dalam pemahaman yang lain seorang Budha bukanlah Juruslamat yang melepaskan manusia dengan pengampunannya, melainkan seorang Budha merupakan petunjuk jalan terhadap kebaikan. Tetapi seorang Budha sangatlah berbeda dengan orang lain, dimana seorang Budha telah mecapai yang lebih tinggi dari manusia dan telah berhasil dalam mengalahkan godaan (hawa nafsu), dan seorang budha memiliki suatu kekuatan untuk melakukan suatu mujizat dari bodhisattwa (yaitu orang yang mengharapkan martabat Budha). Tetapi dalam hal ini, yang perlu diperhatikan bahwa di dalam agama Budha tidak pernah diajarkan, bahwa seorang Budha itu tidak menjadi pencipta atau yang memerintah dunia dengan penderitaan, melainkan ia hannya seorang guru yang memberikan pengajaran yang benar kepada manusia.

2.1 Penngertian Karma Secara Umum

Dalam kamus besar bahasa Indonesia karma diartikan dalam dua pengertian yaitu: 1. Karma dipandang sebagai perbuatan manusia ketika ia hidup di dunia sebagai umat Tuhan yang sekedar malakukan darma. 2. Karma dipandang sebagai hukum sebab-akibat, yang bukan hannya menguasai manusia tetapi juga merupakan suatu hukum yang mutlak dari alam. Secara harafiah karma diartikan sebagai perbuatan, tindakan, atau kegiatan. Seseorang yang terkena karma maka dia telah terkena akibat atau hasil perbuatannya di masa lampau atau disaat itu juga, entah berupa karma baik karena perbuatan baik atau karma jelek karena menyakiti atau merugikan orang lain.

Karma berasal dari kata Sansekerta Kriyang bertarti berbuat, bertindak, atau bekerja. Karma juga merupakan doktrin kerja agama Hindu yang mengajarkan bahwa setiap kerja akan membuahkan hasil (karma) ini disebuat karmaphala. Dimana setiap kerja baik akan membuahkan yang baik begitu juga dengan sebaliknya, setiap kita mengerjakan yang buruk akan menghasilkan yang buruk. Tanpa kerja kehidupan kita sehari-hari tidak dapat terlaksana, karena itu bekerjalah tanpa menhitung hasinya. Demikian doktrin kerja yang diajarkan dalam kitab suci Bhagawadgita.

2.2 Pengertian Karma dalam Budha

Dalam agama Budha karma berarti perbuatan yang disertai kehendak (cetana) serta faktor lainnya. Karma meliputi semua perbuatan, yang dilakukan tubuh, ucapan maupun pikiran, dan setiap perbuatan akan mengahasilkan buah atau akibat perbuatan (Vipaka atau Phala) dan kelahiran kembali. Dengan demikian karma tidak sama dengan akibat perbuatan atau nasib seseorang atau sekelompok orang atau bahkan suatu bangsa. Karma merupakan ajaran yang muncul pada zaman Upanishad, karma berakar pada ajaran tentang rta pada zaman weda yang artinya tata tertib alam semesta. Dalam pandangan Budha Karma merupakan suatu hukum yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Karma juga adalah hasil penitik-beratan sebab-akibat sendiri untuk penderitaan dan kebahagiaan. Seperti tampak dalam konsep reinkarnasi yang telah tersebarluas pada abad ke-6. Secara teoritis akan terlahir kembali setelah meninggal dalam kehidupan baru yang akan ditentukan oleh perbutan mereka dalam kehidupan mereka sebelumnya. Kamma yang buruk mengakibatkan anda akan hidup sebagai budak, binatang atau tanaman, karma yang baik akan menjamin kehidupan yang lebih baik pada kehidupan selanjutnya. Hukum karma yang sesungguhnya merupakan proses yang benar-benar netral yang berjalan dengan adil tanpa membeda-bedakan siapa pun.

III. Sejarah Munculnya Agama Buddha

Agama budha muncul pada ke-6 SM sampai sekarang dari lahirnya sang Buddha Siddharta Gautama. Dengan ini, ini adalah salah satu agama tertua yang masih dianut di dunia. Menurut tradisi Buddha, tokoh historis Buddha Siddharta Gautama dilahirkan dari suku Sakya pada awal masa Magadha (546–324 SM), di sebuah kota, selatan pegunungan Himalaya yang bernama Lumbini. Sekarang kota ini terletak di Nepal sebelah selatan. Ia juga dikenal dengan nama Sakyamuni (harafiah: orang bijak dari kaum Sakya"). Setelah kehidupan awalnya yang penuh kemewahan di bawah perlindungan ayahnya, raja Kapilavastu (kemudian hari digabungkan pada kerajaan Magadha), Siddharta melihat kenyataan kehidupan sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari. Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu menjadi seorang pertapa. Kemudian ia berpendapat bahwa bertapa juga tak ada artinya, dan lalu mencari jalan tengah (majhim patipada). Jalan tengah ini merupakan sebuah kompromis antara kehidupan berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri. Di bawah sebuah pohon bodhi, ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan posisinya sampai ia menemukan Kebenaran. Pada usia 35 tahun, ia mencapai Pencerahan. Pada saat itu ia dikenal sebagai Gautama Buddha, atau hanya "Buddha" saja, sebuah kata dalam Sanskerta yang berarti "ia yang sadar" (dari kata budh+ta). Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga di tengah India (daerah mengalirnya sungai Gangga dan anak-anak sungainya), sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang yang berbeda-beda.

Keengganan Buddha untuk mengangkat seorang penerus atau meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya banyak aliran dalam waktu 400 tahun selanjutnya: pertama-tama aliran-aliran mazhab Buddha Nikaya, yang sekarang hanya masih tersisa Theravada, dan kemudian terbentuknya mazhab Mahayana, sebuah gerakan pan-Buddha yang didasarkan pada penerimaan kitab-kitab baru. Dalam sejarah lahirnya/ munculnya agama budha, ajaran yang menjadi ciri khusus agama budha adalah Karma. Secara umum karma dipandang sebagai suatu hukum sebab akibat dan karma juga dipandang suatu hal yang mengerikan.

Gautama adalah sang Budha, manusia yang tercerahkan atau terbangun. Para pengikutnya dapat juga mencapai pencerahan yang dialami oleh Buddha jika mereka mengikuti ajarannya.Dalam pandangan Gautama kehidupan spiritual belum bisa dimulai sebelum manusia membiarkan dirinya dikuasai oleh kenyataan adanya penderitaan, menyadari bagaimana hal itu benar-benar mempengaruhi seluruh kehidupan manusia. Kita juga tahu bahwa semua agama mengajarkan untuk mengubah sikap ego kita. Di dalam agama Budha karma adalah suatu doktrin yang artinya Tindakan, pekerjaan, perbuatan, tugas moral, hasil, pengaruh.DiDalam konsep ajaran Agama Buddha istilah karma sangatlah banyak dipergunakan dan keberadaannya sangat lekat dengan kehidupan umat. Sering sekali hukum karma disamakan dengan nasib, bahkan suratan takdir. Di balik itu perlu dipahami bahwa suratan itu ditulis sendiri oleh yang bersangkutan, sama sekali bukan oleh orang atau pihak lain.

3.1 Karma Dalam Ajaran Agama Budha

Agama Budha pada dasarnya adalah agama yang meletakakan kepercayaan terhadap diri sendiri sebagai landasannya yang prinsipal. Umat Budha tidak mencari perlindungan pada satu kekuasaan atau kekuatan di luar dirinya sendiri. Seperti yang tertulis dalam kitab Dhammapada 160 menyatakan: “diri sendir sesungguhnya adalah perlindungan bagi diri sendiri, karena siapa pula yang dapat mnejadi pelindung bagi dirinya?. Setelah dapat mengenadalikan dirinya dengan baik, ia akan memperoleh perlindungan yang sungguh amat sukar dicari”. Pelindungan pada diri sendiri yang dimaksudkan ialah berlindung pada karma yang dilakukan dengan keyakinan (saddha), bahwa:

a)Semua makhluk memiliki karmanya sendiri,

b)Semua makhluk mewarisi karmanya sendiri,

c)Semua makhluk lahir dari karmanya sendiri,

d)Semua makhluk berhubungan dengan karmanya sendiri,

e)Semua makhluk terlindung oleh karnya sendiri.

Karma adalah istilah bahasa Sanskerta yang berarti perbuatan, pekerjaan atau tindakan. Karma dapat dijelaskan sebagai kemauan fisik maupun batin, atau segala perbuatan, reaksi atau akibat yang dikehendaki. Ketika kita berbicara tentang karma, kita harus mengerti bahwa tubuh fisik, ucapan dan pikiran adalah tiga komponen yang merupakan pelaku karma. Karma yang dilakukan oleh fisik adalah membunuh, mencuri dan berzinah, karma yang dilakukan oleh perkataan adalah berbohong, memfitnah dan berbicara kasar, karma yang dilakukan oleh pikiran adalah keserakahan, kebencian dan khayalan .Agama Buddha juga mengajarkan bahwa karma menyebabkan kelahiran kembali. Kelahiran kembali yang dimasuk bukanlah lahir secara fisik/ jiwa, tetapi yang dilahirkan kembali adalah watak atau sifat-sifat manusia.

Dengan adanya “Karma”, maka manusia perlu dilahirkan kembali ke dunia atau yang dikenal dengan istilah “reinkarnasi”. Ketika seseorang semasa hidupnya di masa lalu, maka kemungkinan di kehidupan masa datang melalui reinkarnasi akan menjadi baik; tetapi jika tidak, maka kemungkinan kehidupan mendatang jauh lebih jelek dari masa lalu. Dalam pandagan agama Budha terdapat enam jalan reinkarnasi yaitu: Jalan sorga, neraka, manusia, binatang, asura dan setan. Dalam hal yang menentukan seseorang untuk masuk kedalam jalan reinkarnasi ditentukan oleh “karma”nya dimasa lalu. Dari penjelasan tersebut maka karma berarti perbuatan, tetapi bisa juga berarti kerja, tradisi atau hukum spiritual mengenai sebab-akibat tergantung pada konteks penggunaan kata tersebut. Menurut apa yang dilukiskan sang Budha, karma adalah hukum tanpa pengadilan dan konsekuensinya yang tak memihak, atau secara lebih sederhana adalah hukum tentang akibat yang mengikuti sebab. Segala Perbuatan yang memiliki tujuan adalah serupa dengan benih. Kelahiran dan kematian hanyalah momen-momen dalam suatu siklus yang tak mengenal akhir. Segala makhluk hidup terangkai dalam rantai ini, tidak hanya umat manusia. Umat manusia lebih beruntung karena mempunyai kecerdasan untuk menjangkau pengertian spiritual yang akan mengakhiri karma selamanya. Kita semua menderita atau menikmati buah hasil dari perbuatan kita di masa lalu, maka memuja atau membenci orang lain atau menyesal bukanlah ada gunanya. Yang ada gunanya adalah kita menjalankan delapan ruas suci, menggali sikap yang benar sehingga menghasilkan karma yang positif. Sang Budha bersabda, karmalah yang menentukan apakah makhluk hidup akan berada dalam keadaan rendah atau tinggi. Perbuatan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pikiran, perkataan dan tindakan. Dari setiap perbuat tersebut akan membuahkan hasil. Dekianlah karma itu shingga dianggap sebagai suatu hukum yang pasti. Hukum karma (karm phala) yang dipandang sebagai suatu hukum sebab-akibat. Lain halnya dengan perbuatan yang tidak mengandung unsur kehendak dengan sendirinya tidak tergolong Karma yang dapat menimbulkan akibat atau hasil perbuatan misalnya:

1.Perbuatan yang netral murni, misalnya duduk, berdiri, berjalan, tidur, melihat dan lain-lain menurut keadaan yang wajar.

2.Perbuatan-perbuatan yang kelihatan baik atau jahat, namun tidak disertai kehendak. Misalnya:

a)Waktu berjalan, ada semut yang terinjak mati

b) Tanpa disadari, uangnya jatuh dan dipungut oleh seorang cacat yang amat memerlukan uang

Semua perbuatan akan menimbulkan akibat dan semua akibat akan menimbulkan hasil perbuatan. Akibat perbuatan disebut kamma-vipaka, dan hasil perbuatan disebut kamma-phala. Pendapat umum menyatakan bahwa hakikat tahap akhir pencerahan Sidharta berkaitan dengan hukum sebab-akibat. Dalam bahasa Sanskerta dikenal sebagai pratitya-samutpada. Secara harapiah kata ini berarti “asal musa berdasarkan ketergantungan”. Segala sesuatu di alam semesta tunduk kepada hukum sebab-akibat. Karena tidak sesuatupun di alam dapat mandiri atau muncul dengan sendirinya. Maka dalam hal ini segala yang ada memiliki sifat saling ketergantungan yang mempunyai sebab dan akibat. Dari segi perbuatan atau salurannya, kamma dibedakan atas:

1.Mano-kamma = perbuatan pikiran

2.Vaci-kamma = perbuatan kata-kata

3.Kaya-kamma = perbuatan badan jasmani

Sedangkan menurut sifatnya, kamma dapat dibagi menjadi dua bagian:

1.Kusala-kamma = perbuatan baik (Alobha : tidak tamak, Adosa : tidak membenci, Amoha : tidak bodoh)

2.Akusala-kamma = perbuatan jahat (Lobha : ketamakan, Dosa : kebencian, Moha : kebodohan).

Jadi Hukum Karma adalah hukum perbuatan yang akan menimbulkan akibat dan hasil perbuatan (kamma-vipaka dan kamma-phala), Hukum kamma bersifat mengikuti setiap Karma, mutlak-pasti dan harmonis-adil.Karma juga merupakan suatu hukum yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Karma juga adalah hasil penitik-beratan sebab-akibat sendiri untuk penderitaan dan kebahagiaan. Seperti tampak dalam konsep reinkarnasi yang telah tersebarluas pada abad ke-6. Secara teoritis akan terlahir kembali setelah meninggal dalam kehidupan baru yang akan ditentukan oleh perbutan mereka dalam kehidupan mereka sebelumnya. Kamma yang buruk mengakibatkan anda akan hidup sebagai budak, binatang atau tanaman, kamma yang baik akan menjamin kehidupan yang lebih baik pada kehidupan selanjutnya. Hukum kamma yang sesungguhnya merupakan proses yang benar-benar netral yang berjalan dengan adil tanpa membeda-bedakan siapa pun.

Dilain pihak agama Budha juga berpendapat bahwa, takdir diciptakan sendiri dalam bentuk karma. Diajarkan bahwa nasib seseorang ditentukan oleh sebab dan akibat yang mempunyai makna bahwa karena perbuatan kita pada kehidupan yang masa lampau maka kita menerima akibat dari perbuatan tersebut pada kehidupan sekarang, demikian juga kehidupan kita yang akan datang ditentukan oleh perbuatan kita sekarang. Demikianlah sirkulasi sebab-akibat akan menciptakan kehidupan masa lampau, masa kini dan masa mendatang. Agama Budha juga mengajarkan bahwa takdir karma bukannya tidak dapat diubah- karma dapat diatasi diubah dan dikurangi sebab bila tidak dapat diubah maka kita selamanya akan terperangkap dalam lingkaran samsara tanpa akhir. . Akibat dari perbuatan buruk yang dilakukan oleh diri sendiri di masa lalu, harus diatasi oleh perbuatan baik yang juga dilakukan oleh diri sendiri. Tidak ada orang lain yang dapat menyucikan orang lain, selain dirinya sendiri.

3.2 Beberapa Pandangan Keliru Tentang Karma dalam Budha

3.2.1 Karma hanya dianggap sebagai hal yang buruk saja

Pandangan ini beranggapan bahwa karma hanya dianggap sebagai hasil yang buruk saja yang menimpa seseorang yang telah melakukan perbuatan buruk. Pandangan keliru (miccha ditthi) ini terjadi karena adanya kerancuan antara kamma (perbuatan) dengan kamma vipaka (hasil perbuatan) dan pemahaman yang salah terhadap karma. Padahal, karma yang berarti perbuatan sedangkan hasilnya disebut vipaka, tidak hanya berhubungan dengan perbuatan buruk ataupun akibat buruk semata, tetapi juga perbuatan baik ataupun akibat yang baik. Karma vipaka (hasil perbuatan) tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang buruk tetapi juga hal-hal yang baik yang dialami oleh seseorang. Contoh: seseorang gemar berdana sehingga ia dihormati oleh setiap orang. Gemar berdana adalah karma baik dan dihormati orang lain merupakan kamma vipaka (hasil perbuatan) yang baik.

3.2.2 Kamma vipaka (hasil karma) dianggap sebagai nasib atau takdir yang tidak bisa diubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun