Satu dari sembilan Hakim Agung Amerika Serikat (AS), Ruth Bader Ginsburg (RBG), yang biasa dikenal sebagai 'Notorius RBG', meninggal dunia Jumat lalu (18/09/2020) pada usia 87 tahun. Dia meninggal dengan tenang di kediamannya di Washington DC setelah menyudahi perlawanannya terhadap komplikasi kanker yang dideritanya.Â
Berbagai tokoh nasional AS menyampaikan belasungkawa dan menyempatkan diri memberi penghormatan terakhir pada pemakamannya hari ini. Sebagian lagi, terutama pers, mendramatisir kisah hidupnya. Â
RGB memang patut mendapatkan semua itu. Dia adalah Hakim Agung tertua dan perempuan kedua yang pernah dimiliki Mahkamah Agung AS. Dia dilantik sejak 1993 setelah dipilih oleh Senat AS, yang dinominasikan Presiden Clinton pada masa pemerintahan presiden Bill Clinton (Demokrat-Liberal).Â
Bukan hanya itu, RBG dikenal luas berkat pandangan hukumnya yang berada di 'kiri', yakni liberal. Dia merupakan ikon liberal AS dengan suara gaharnya terhadap gerakan feminisme AS, kesetaraan gender, hak-hak pekerja, serta pemisahan agama dari negara.Â
Bahkan dia turut serta mendirikan ACLU (Komnas HAM AS, terutama yang berkaitan dengan kebebasan hak konstitusional warga negara, dan penentangan terhadap penyalahgunaan kekuasaan) pada tahun 1920 silam. Memang dia liberal tulen.Â
Sikapnya yang konsisten di 'kiri' itu membuatnya tidak terlalu disukai orang-orang 'kanan', dan cukup menjadi ancaman bagi mereka yang konservatif.
Lawan orang-orang liberal adalah kaum konservatif. Jika orang-orang 'kiri' atau liberal identik dengan progresif/perubahan, milenial, kebebasan dan persamaan hak, maka kaum 'kanan' atau konservatif adalah sebaliknya.Â
Orang-orang konservatif agak gerogi bila dihadap-hadapkan dengan kemajuan jaman. Kolot, mempertahankan keadaan, mencintai cara-cara tradisional-adat dan budaya, selalu sesuai aturan, dan anti kebebasan secara tiba-tiba (anti-revolusi) adalah beberapa sikap dari orang-orang konservatif.
Tentu wafatnya RBG membuat para liberal, khususnya Partai Demokrat (AS) yang berideologi 'kiri' sedih, lalu meradang. Pasalnya, Presiden Trump (Republik-Konservatif) dikabarkan telah mengondisikan siapa yang akan mengganti mendiang duduk di kursi panas itu.Â
Tak tanggung-tanggung, Trump dan koleganya di Partai Republik ngotot akan melantik hakim agung baru sebelum pemilu presiden dan pemilu legislatif dilaksanakan pada November nanti.