Mohon tunggu...
Rio Alif Ramzy
Rio Alif Ramzy Mohon Tunggu... Lainnya - A cinephile as picky as coffee connoisseur.

A head full of imagination.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menghantui dengan Kehilangan dan Kesendirian, "Personal Shopper"

4 November 2017   17:57 Diperbarui: 9 November 2017   09:42 1047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Cannes Film Festival

Ada suatu kepercayaan umum bahwa hantu adalah arwah orang yang sudah meninggal yang masih terikat oleh beban-beban yang belum ia lepaskan di dunia. Apabila benar, betapa menderitanya arwah itu, merasa sedih karena tidak lagi bisa bergabung secara fisik kepada orang-orang yang ia cintai serta merasa tidak ada lagi yang dapat membantunya. Nyatanya, hantu, rasa kehilangan, dan kesendirian memiliki persamaan: ia selalu mengikuti dan meliputi orang yang mendapatkannya, terkadang menghilang  kemudian muncul kembali. Nampaknya sutradara Olivier Assayas menyadari hal ini, dan menjadikan konsep ini sebagai landasan cerita dari film terbarunya, "Personal Shopper".

Maureen Cartwright (Kristen Stewart) bekerja sebagai personal shopper bagi seorang artis terkenal Kyra Gellman (Nora von Waldstatten) di Paris. Selain itu, ia juga adalah seorang cenayang yang tengah menunggu pertanda dari saudaranya, Lewis, yang sudah lama meninggal akibat penyakit jantung yang ia--dan Maureen juga--alami. Olivier Assayas mengajak penonton menelusuri kehidupan Maureen selagi ia menunggu pertanda tersebut.

"Personal Shopper" adalah kisah yang unik karena Olivier Assayas menggunakan elemen-elemen yang lazim ditemukan dalam cerita supranatural untuk menyampaikan pesan yang ingin ia sampaikan. Dan, dibandingkan dengan kebanyakan film lainnya yang menelusuri rasa kehilangan yang dialami seseorang yang ditinggal mati orang lain, mulai dari "Rabbit Hole" sampai "Who's Afraid of Virginia Woolf?", pesan pada "Personal Shopper" terasa sangat kuat ketika yang fisik berinteraksi dengan yang kelihatannya metafisik. Ketika Maureen menginspeksi bekas rumah Lewis untuk mencari tanda-tanda metafisik tersebut, penonton tidak dibuat takut dan berdegup jantung. Malahan, bahkan ketika sesosok hantu akhirnya muncul, penonton merasa penasaran dan terundang untuk menggapai kehadiran tersebut, sama seperti Maureen.

Olivier Assayas menyulam topik kesendirian dan kehilangan dengan cara yang kompleks, namun mampu dirasakan selama film berputar. Dalam film, Maureen seakan merasa bahwa hubungannya dengan Lewis adalah bagaikan satu jiwa yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Ketika Lewis akhirnya meninggal dengan penyebab yang sama yang sedang menjangkiti Maureen, Maureen tidak hanya merasakan kekosongan dalam hatinya yang tak mampu ia isi, namun juga bahwa kematian terasa lebih dekat padanya. 

Sementara itu, pekerjaan Maureen yang dalam dunia keartisan nampak tidak signifikan, dan fakta bahwa ia jarang melihat Kyra, seakan menimbulkan reinforcement bahwa di dunia nyata sekalipun, Maureen tak ubahnya seperti hantu yang tidak terlihat dan terisolasi. Karena inilah Maureen memiliki hasrat yang tak terbendung untuk dapat membangun komunikasi yang nyata dengan orang lain, seperti yang dapat disaksikan dan dirasakan sepanjang film. Olivier Assayas menguatkan konsep-konsep ini dengan jukstaposisi karakter Maureen dengan karakter-karakter lainnya, yang hampir seluruhnya merasakan kehilangan dan menanggapinya dengan cara yang berbeda-beda.

Kekuatan utama film ini terletak pada pundak Kristen Stewart. Setelah memberikan hasil yang luar biasa pada karakternya di dalam film Olivier Assayas sebelumnya, "Clouds of Sils Maria", ia memberikan performa yang belum pernah ia tunjukkan sebelumnya. Selama ini Kristen Stewart terkenal karena karakter-karakternya yang tidak terlalu banyak membawa ekspresi yang kuat, dan hal ini justru menjadi senjata terkuatnya dalam melakukan pendekatan terhadap karakter Maureen. 

Di tangannya, karakter Maureen menjadi sebuah sosok yang tidak mampu banyak mengartikulasikan aspek emosionalnya dengan terus terang, namun membawa ekspresi-ekspresi kompleks yang termanifestasikan melalui gerakan-gerakan kecil, ekspresi wajah yang kecil, serta cara berbicara. Ekspresi-ekspresi ini sangat sulit ditunjukkan dengan kadar yang tidak bombastis, namun Kristen Stewart mampu memberikan performa yang sempurna dan melebur ke dalam atmosfir penceritaan yang telah diatur oleh Olivier Assayas.

"Personal Shopper", bagi penulis, adalah salah satu film yang membuktikan bahwa bahasa naratif dan sinematik sangat luas dan semuanya dapat digunakan untuk menyentuh ranah kemanusiaan penikmatnya. Melalui film ini, Olivier Assayas berani menyentuh perasaan dengan unsur-unsur yang tidak konvensional dan meninggalkan penonton dengan impresi yang terus berdenyut pelan bahkan setelah film habis.

PERSONAL SHOPPER (2016) | Pemenang, Best Director, 2016 Cannes Film Festival; Nominasi, Palme d'Or, 2016 Cannes Film Festival | Genre: drama, misteri | Sutradara: Olivier Assayas | Pemain: Kristen Stewart, Nora von Waldsttten, Lars Eidinger, Sigrid Bouaziz, Anders Danielsen Lie, Ty Olwin | Penulis skenario: Olivier Assayas | Penata produksi: Franois-Renaud Labarthe | Sinematografi: Yorick le Saux | Penyunting: Marion Monnier

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun