Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan lagi Ambil S2 di Kota Yogya dan berharap bisa sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Setelah Media Pupuskan Harapan Hasil Kerja Menulis Selama ini

24 Juni 2020   02:00 Diperbarui: 24 Juni 2020   01:50 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruangan Para Penulis Menunggu Honor (dokpri)

Menjadi seorang penulis tentu tidak mudah. Ada banyak langkah-langkah yang harus ia tempuh dan lakukan hingga akhirnya tulisannya bisa menarik untuk dibaca, bisa konsisten, dan harapannya tentu tiap tulisan-tulisan tersebut bisa memberi makna atau setidaknya inspirasi bagi orang-orang yang membaca tulisan kita.

Dan tidak sedikit juga tulisan menjadi media bagi banyak penulis sebagai sarana untuk mengungkapkan segala gundah yang mungkin muncul dalam hatinya. 

Maka setidaknya tulisan ini menjadi media khusus bagiku untuk menyalurkan energi negatif yang akhirnya terpaksa kuterima usai mendapatkan info dari salah satu media cetak atau koran cetak yang ada di daerah ku.

Dimana setelah berupaya mengumpulkan tulisan-tulisanku yang terbit pada harian tersebut, ternyata baru kemarin dapatkan bahwa honornya, khusus di tahun 2020 tidak lagi diberikan. 

Padahal sudah ada setidaknya 10 tulisanku yang kumpulkan sejak November tahun lalu, dan berharap pencairan ini menjadi harapan untuk bisa menekan situasi ekonomi yang kian sulit di masa-masa pandemik ini.

Apalagi istriku baru 6 hari yang lalu melahirkan anak ketiga ku. Yakni anak bungsuku yang lahir bukan di stuasi yang sedang enak-enaknya, sebab kekuatiran melanda. Karena realitanya Kota Medan kini sudah menjadi zona merah penyebaran covid 19. Tak sedikit kecurigaan muncul bahwa rumah sakit yang ada bukan tidak mungkin menjadi titik episentrum penyebaran dari virus tersebut.

Tapi bersyukurnya , rujukan bidan puskesmas tempat kami tinggal telah memilihkan rumah sakit yang relatif aman dan lumayan jauh dari daerah sentral penyebaran pandemik tersebut.

Kemudian info tentang pemberhentian pencairan honor bagi para penulis ini, bagaikan sebuah godam ratusan kilo yang menekan hatiku. Tepatnya seakan tersungkur duduk lemas di tempat biasanya para penulis menantikan pencairan honor tersebut di gedung nan megah yang berdiri tegak di tengah-tengah Kota Medan.

Tak percaya saat mendengarkan petugas yang biasanya mengetikkan judul demi judul yang akan berubah menjadi rupiah demi rupiah. Saat hadir kemarin itu bukan perkataan yang sama yang keluar, tapi justru merasa heran dengan lampiran tulisan-tulisanku yang mau kesetor untuk diketikkan. Bahwa tidak ada lagi honor bagi para penulis.

Kutelpon teman yang kebetulan seorang jurnalis, dan mengatakan benar Bang bahwa info tersebut sudah diputuskan tidak diberikan lagi sejak awal tahun 2020 lalu. Entah mungkin keputusan tersebut adalah bagian dari upaya meringankan beban pengeluaran perusahaan tersebut. Atau justru merupakan bagian dari ramalan tentang situasi covid 19 seperti saat ini. 

Sebab kita ketahui bersama tak sedikit  media-media mulai kesulitan dalam hal pendanaan untuk biaya operasional supaya tetap media tersebut eksis atau tetap ada dan terus berjalan dalam memberikan pemberitaan yang up to date atau berita terbaru bagi para pembacanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun