Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan lagi Ambil S2 di Kota Yogya dan berharap bisa sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Andy F Noya: Penderitaan, Kejujuran, dan Hidup yang Berdampak

19 April 2020   22:51 Diperbarui: 19 April 2020   23:26 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tampilan layar dari @kickandyshow

Bukan tidak kebetulan baru-baru ini bisa menyaksikan hidup Andy F Noya hingga dua kali. Pertama, kemarin saat menyaksikan bagaimana kesaksiannya di sebuah gereja yang ada di Jakarta akhir 2018 lalu lewat akun youtube gereja tersebut. Dan kedua saat menyaksikan kisah yang sama dari seorang Andy lewat talk show milikinya, Kick Andy yang baru tayang hari ini, Minggu (19/4).

Dalam  pengalaman hidup nya sejak belia kecil yang memang  hidup dalam kesusahan, kemiskinan hingga seperti sekarang ini, sungguh mengajarkan banyak nilai-nilai positif dan tentunya sangat menginspirasi kita semua.

Bagaimana dirinya yang sejak kecil hidup dalam pengaruh dan didikan orang tuanya yang tidak mengenal kata menyerah sekalipun dalam keadaan hidup susah dan miskin, tetap mengajarkan nilai-nilai kejujuran, dan senantiasa bekerja keras. Hingga akhirnya dirinya saat menikah yang justru harus menghidupi kedelapan anaknya, dimana enam diantaranya merupakan anak dari kedua kakak-kakaknya yang harus hidup bersamanya.

Menghidupi mereka meskipun dengan gaji yang sangat minim, yang bahkan harus menyekolahkan anak-anak-anak kandungnya disekolah yang biasa dan sederhana, meskipun sebenarnya dirinya sanggup untuk menyekolahkan di tempat yang terbaik. Apalagi saat mendengar itu di tayangan kesaksian  Andy di youtube gereja, dia bahkan hampir tersedak menangis. Mempertanyakan mengapa Tuhan, hidup mereka saya yang harus tanggung?

Ternyata dibalik itu semua ada rancangan Tuhan terhadapnya, bahwa itu semacam sebuah latihan untuk siap melakukan pekerjaan besar seperti saat ini. Yakni membuat galangan donasi lewat Kick Andy Foundation, yang justru telah menolong hingga ribuan anak-anak lainnya yang kurang beruntung.

Meskipun tak sempurna apa yang ia rencanakan, sebab di dalam pengalamannya masih terdapat penyesalan-penyesalan seperti halnya saat seseorang meminta bantuan kepadanya, yakni seorang ibu yang ingin meminta makan saat sedang mengurus honor sang suami yang mantan atlet, dengan segala macam kecurigaan sebagai warga pusat Ibukota, yang akhirnya tidak memberi.

Kemudian penyesalan kedua saat sang Papa-nya yang akan pergi meninggalkan mereka untuk selama-lamanya. Andy yang harus marah, karena pada saat itu, Papa-nya melarang untuk tidak pergi malam itu ke sebuah konser yang sudah lama ditunggu-tunggunya.

Penyesalan-penyesalan hidup yang dirasakannya, menjadi sebuah cambukan kecil bagi kita yang masih memiliki orang tua. Sebab sekalipun kita punya banyak harta tidak akan pernah sanggup lagi memberi kebahagian kepada orang tua kita yang sudah tiada.

Dimana kemudian dirinya menggambarkan tentang kisah Danlok yang hampir miripnya di saat-saat akan kepergian sang Papa-nya juga di China waktu itu. Yang akhirnya menyesal karena lebih memilih untuk menyelesaikan proyeknya di Kanada ketimbang untuk menjenguk ayahnya di saat-saat terakhir. 

Meskipun dalam perjalanan hidupnya, dirinya masih sempat memberikan sepucuk kebahagiaan kepada sang Papa lewat sebuah apartemen yang sangat dirindukan ayahnya untuk dimilikinya semenjak masih muda dulu.

Dia merumuskan ada 4 tahapan hidup seseorang dan sepertinya itu berlaku bagi kita semua. Pertama dalam tahapan critical, yakni bahwa kita pasti akan mengalami masa-masa sulit. Kedua survival, hiudp keadaan bertahan, segalanya cukup bagi kita.

Ketiga, tahap succes dimana kita sudah mencapai puncak sukes dari karir kita. Tapi jangan lupa untuk sampai pada tahap keempat, yakni significan. Bahwa kesuksesan hidup kita tidak berhenti pada diri kita sendiri tapi harus berdampak kepada orang lain juga.

Dalam menolong orang lain, kita tidak harus memiliki banyak uang dulu, baru bisa menolong orang lain. Sebab ketika kita menunggu dan menunda maka justru disitu kita akan selalu memberikan banyak excuse atau alasan untuk tidak memberi. Ketika sudah punya gaji yang banyak tunggu harus punya motor dulu, ketika sudah punya motor tunggu harus punya mobil dulu, dan seterusnya.

Andy juga mengisahkan bagaimana meskipun hidup dalam kesusahan tapi masih tetap bisa menolong orang lain. Yakni Lewat hidup Bapak Sugeng asal Mojokerto, Jawa Timur, dimana dirinya mampu menyediakan seribu kaki palsu bagi banyak orang-orang yang membutuhkan. Dan dirinya tidak meminta harga untuk kaki palsu yang diproduksinya itu.

Sehingga pernah suatu ketika, saat Andy Foundation tidak punya uang lagi segera meminta Bapak Sugeng untuk menghentikan produksi kaki palsunya. Tapi akhirnya dirinya justru datang ke Noya membawa tabungan yang dimilikinya hasil dari pembayaran yang dilakukan Andy selama 5 tahun waktu lalu, untuk meminta supaya gerakan seribu kaki palsunya jangan dihentikan.

Artinya dalam kesungguhan untuk terus berkarya, dan adanya ketulusan untuk terus berbagi kepada orang yang jauh kurang beruntung dibandingkan kita sendiri, meskipun diri kita sebenarnya tidak sanggup untuk melakukan sesuatu, tetapi dengan tekad yang kuat dan keinginan untuk segera mewujudkannya, maka akan ada satu langkah terobosan yang mungkin bisa kita capai dan lalkukan.

Baik seperti halnya kehidupan yang dialami oleh Bapak Sugeng, Danlok hingga Andy F Noya, maka sesungguhnya kita bisa berbuat sesuatu dengan kondisi yang dialami oleh bangsa kita saat ini. Entah lewat bantuan uang atau materi, maupun lewat tenaga atau jasa kita untuk jadi relawan, bahkan untuk tetap patuh dan dengar-dengaran apa yang dianjurkan oleh pemerintah yakni untuk tetap ada di rumah, maka  sesungguhnya kita bisa menyelesaikan persoalan covid 19 ini. Tapi pertanyaannya,maukah kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun