Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan lagi Ambil S2 di Kota Yogya dan berharap bisa sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Akhirnya Nelayan, Peternak, Petani Kena Imbas Corona, Menyerahkah Kita?

16 April 2020   03:20 Diperbarui: 16 April 2020   03:25 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kolase foto dari Gesuri.id, Finance detik dan Detik News

Covid 19 kali ini memang membuat hidup kita kian susah. Bukan hanya susah secara finansial, tapi juga susah di hati dan pikiran. Karena apa yang diusahakan tidak sebaik apa yang diharapkan. Pendapatan kian drastis menurun, THR atau tunjangan hari raya-pun terancam mendapatkan potongan. Bahkan untuk makan sehari-hari-pun terancam tidak terpenuhi. Berharap angka stunting tidak meningkat tajam karena situasi ini.

Khususnya bagi para nelayan maupun bagi para peternak yang akan saya bahas disini. Di tengah-tengah para nelayan yang mungkin sudah bersusah payah menangkap ikan, tapi hasil jualannya tidak semanis yang ia harapkan. Kemudian bagi para peternak khususnya para peternak ayam, saat menjual hasil ternaknya tak semulus yang ia pikirkan. Harganya jatuh.

Hal itu memang keberuntungan bagi para pembeli sebab mendapatkan apa yang menjadi kebutuhan sehari-hari dengan harga yang sangat murah. Tapi bagi mereka-mereka yang telah bekerja sedemikianrupa, tidak mengeruk hasil atau untung yang sama seperti yang dirasakan para end user atau konsumen terakhir.

Sebab mereka tidak lagi menjual ke beberapa pengusaha restoran, karena banyak restoran yang pada tutup. Pergi mencari para pelanggan secara langsung, itupun dengan harga yang murah dan boleh dibilang tidak pantas.

Bagi para pembeli-pun sebenarnya tidak tega untuk melihatnya. Tapi karena keterpaksaan dan situasi sulit seperti saat ini, tidak berani pasang harga lebih terhadap apa yang ditawarkan para nelayan ataupun para peternak tersebut.

Mengerti akan hal ini, tapi untuk berbuat lebih-pun boleh dibilang seakan tidak berdaya. Apalagi bagi mereka yang punya penghasilan pas-pasan. Ingin berbuat sesuatu bagi bangsa ini lewat apa yang dipunyai, tapi apa yang dipunyai-pun belum tentu cukup untuk memenuhi kebutuhan di dalam keluarga sendiri.  

Beberapa hari belakangan ini, saat akan membeli beberapa kebutuhan pokok, khususnya ayam ataupun ikan, mendapatkan harga yang lumayan miring dari harga-harga semula. Misalnya ayam biasanya harganya mencapai Rp.35 ribu per kilonya, tapi kemarin jatuh harganya menjadi Rp. 25 ribuan. Kemudian ikan tongkol yang biasanya harganya juga di atas Rp.30 ribuan per kilonya, kemarin dapatkan harga Rp. 10 ribu.

Padahal untuk mencapai daerah kami saja dari pusat kota Medan memakan waktu hampir 1 jam lebih. Belum lagi biaya operasional untuk ongkos dalam menjajakan hasil dagangan mereka secara langsung. Tapi demi menyambung hidup apapun tentu akan dilakukan.

Kemudian pasar buah yang ada di Tanah Karo-pun hampir seluruh hasil dagangan buah mereka terancam membusuk. Ada ratusan ton buah-buahan disana tapi kondisinya tidak laku karena tidak ada lagi pembeli ataupun para pengunjung yang datang untuk berwisata ke Berastagi.

Dan bagaimana mereka bisa menanggung ratusan juta kerugian tersebut? Apa solusi untuk bisa mengembalikan modal bagi para petani yang mungkin sudah menitipkan hasil tanah mereka ke pasar buah tersebut?  

Sulit untuk menjawab teka-teki besar yang dititipkan sang Ilahi kepada kita baru-baru ini. Tapi pertanyaannya, pantaskah kita menyerah? Apakah tidak ada yang  bisa kita lakukan dalam menyelamatkan bukan hanya situasi sulit yang kita alami, tapi juga menunjukkan kepedulian besar kita kepada orang lain, terutama kepada bangsa kita?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun