Memasuki penghujung tahun 2018, pemerintahan Presiden Amerika Donald Trump akhirnya resmi ditutup tepat pada Sabtu (22/12/2018) kemarin. Dan ini menjadi peristiwa ketiga kalinya terjadi pada masa pemerintahan Donald Trump.Â
Dan ketiganya terjadi di tahun 2018 ini. Penutupan pemerintahan ini terjadi karena ketiadaan kata sepakat antara anggota dewan yang pro pemerintahan, yakni Partai Republik, dengan para dewan yang kontra pemerintahan, yakni Partai Demokrat.
Apalagi ditambah dengan pemilu paruh ke dua yang baru dilaksanakan waktu lalu di Amerika, ternyata Partai Demokrat yang akhirnya keluar sebagai pemenang dan merekalah kini yang dominan menguasai parlemen di Amerika saat ini. Maka hal ini semakin mempersulit langkah Trump di dalam melobi parlemen untuk segera menyetujui anggaran yang diajukan olehnya.
Dan terbukti kini dimana seperti yang dilansir oleh kompas.id (23/12/2018), ketidaksepakatan itu terjadi karena rencana Trump yang hendak segera merealisasikan pembangunan tembok pemisah di perbatasan Amerika-Mexico. Supaya kaum imigran tidak seenaknya saja masuk ke tanah Amerika.
Bahkan penutupan ini diakui akan terjadi sampai pada batas waktu yang tidak ditentukan, artinya mungkin lebih dari batas waktu kewajaran penutupan pemerintahan yang hanya berkisar 8-12 hari saja.Â
Tapi hal ini sangat berdampak bagi para pegawai negeri Amerika. Pasalnya di moment natal dan tahun baru ini, tentu pengeluaran para pegawai ini jauh lebih melonjak dari pada biasanya.
Maka ketika penutupan pemerintahan Trump saat sekarang ini tentu akan berdampak kepada ketiadaan gaji untuk diterima mereka pada bulan Natal maupun ketika akan menjelang momen tahun baru ini. Sebab anggaran untuk mereka melakukan tugas keseharian mereka sebagai pelayan publik Amerika tentunya tidak ada.
Bangun Tembok Raksasa
Salah satu janji kampanye Donald Trump yang penuh kontroversi yakni ketika beliau berjanji akan membangun tembok pemisah di sepanjang perbatasan Amerika-Mexico.Â
Tidak mengerti apakah maksud pembangunan dan tujuan yang sebenarnya jika hal ini direalisasikan. Tidak mengerti juga apakah dengan pembangunan tembok ini merupakan salah satu janji yang membuat warga Amerika akhirnya dominan memilih beliau pada pemilihan di tahun 2016 yang lalu?
Tapi jika melihat sejarahnya, apakah pembangunan tembok pembatas efektif untuk mengurangi supaya tidak berbaurnya satu wilayah dengan wilayah yang lain? Atau betulkah efektif tembok pemisah itu bisa betul-betul mengamankan suatu bangsa dari proses masuknya imigran gelap?
Maka jika rencana ini tetap direalisasikan oleh Donald Trump, dimana seperti yang dilasir oleh kompas.id (23/12/2018), mengakibatkan tutupnya pemerintahan alias tidak berjalannya roda pemerintahan seperti biasanya,layanan masyarakat terbengkalai. Hal itu terjadi karena memang tidak sepakatnya para dewan dan senat dari Partai Demokrat untuk menyetujui anggaran pembangunan tembok.
Maka kerugian Amerika bisa dibilang akan berganda. Baik dalam jangka pendek, karena tutupnya layanan pemerintah kepada mereka saat ini. Maupun jangka menengah dan panjang akan berdampak juga.Â
Dimana  ketika akhirnya pembangunan ini direalisasikan, anggaran keuangan pemrintah tentu akan sangat terkuras. Dan jika pemimpinnya berganti, alias Donald Trump tidak terpilih kembali, apakah akan kembali memilih untuk menghancurkan tembok yang ada?
Tapi apa boleh buat, sebab itu adalah janji seorang Presiden, tentu hal itu akan tetap direalisasikan, sebagai upaya untuk menunjukkan bahwa pemerintahnya konsisten. Maka dengan kebijakan ini, apakah Donald Trump bisa kita sebut sebagai pemimpin yang rasis? Seakan ingin memurnikan dan menolak warga pendatang yang ingin hidup di negaranya.
Padahal ketika kita melihat sejarah terbentuknya Amerika, Â bukankah negara tesebut terbentuk karena banyaknya warga pendatang dari berbagai etnis? Dan suku asli orang Amerika sebenarnya adalah suku Indian?
Apakah kebijakan ini akan berdampak semakin mundurnya peradaban Amerika yang dikenal dengan sebagai negara yang maju, yang menjunjung tinggi kebenaran, kerja keras dan solidaritas?