Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan lagi Ambil S2 di Kota Yogya dan berharap bisa sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ahok, Intan-Martir Ketidakadilan

17 November 2016   07:03 Diperbarui: 17 November 2016   07:54 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Yesus pegang tanganmu dalam surga yang baka.

Itu adalah Sebuah lagu tercipta untuk mengenang Intan Olivia Marbun Banjarnahor, yang diciptakan oleh Miduk Sirait. Menggambarkan suatu harapan bahwa pengorban Intan tidaklah sia-sia. Melihat banyak orang yang begitu mengasihinya, meskipun tidak begitu mengenalnya. Aku sendiri ketika melihat fotonya, videonya, di media social, entah kenapa air mataku terus mengalir. Seakan-akan merasa sakit didada ini. Sakit melihat korban oleh segelintir orang yang memakai nama agama untuk melakukan tindakan pengeboman, sakit melihat korban oleh oknum yang memakai nama agama untuk membenarkan perbuatannya. Seakan-akan apa yang dia telah lakukan merupakan kehendak Tuannya yang disembahnya.

Aku merasa ketidakadilan terus melanda bangsa ini. Entah sampai kapan rasa ketidakadilan ini terus bergulir di bumi Indonesia, dimana aku dilahirkan. Cukup sudah Intan yang menjadi martir mungil, janganlah kau tambah lagi hai orang-orang yang sakit, orang-orang yang selalu memakai nama Agama dalam melakukan perbuatan kejimu. Coba kamu berkaca dan merenung, lihat dirimu baik-baik, inikah yang dikehendaki-Nya dalam men-syiarkan agama-mu. Kurasa tidak, agama apapun didunia ini selalu memancarkan kebaikan, kedamaian dan cinta kasih. Bukan teror, kekacauan ataupun memancarkan kebencian kepada orang lain.

Pada hari ini juga sudah ditetapkannya Ahok menjadi tersangka oleh kepolisian Negara kita. Aku juga menilai ketidakadilan sedang terjadi. Terserah pandangan orang bagaimana. Tapi aku menilai banyak sekali muatan politis dalam kasus bapak kita ini. Sampai-sampai MUI meminta ayo..mundur sajalah dari pencalonanmu  sebagai calon gubernur. Untuk apa lagi. Padahal Bapak Ahok tidak pernah ada maksud untuk menghina apalagi menistakan agama lain. Meskipun ada unsur-unsur kalimat yang menyinggung, tidak adakah ruang maaf bagi orang yang merasa disinggung. Sebab pak Ahok juga sudah menyampaikan kata maaf. Tapi yah sudahlah..apa yang sudah terjadi…terjadilah..Hari ini beliau sudah dijadikan tersangka.

Melihat kondisi akhir-akhir ini dinegri tercinta ini, aku banyak sekali belajar. Terutama tentang kasus Pak Ahok dan Intan. Ada dua sikap dan tindakan yang dilakukan dan bertolak belakang respon yang diberikan. Pertama, ketika ada orang yang menyinggung dengan perkataan dan orang yang merasa disinggung, langsung memberikan reaksi keras, itupun setelah ada waktu jeda kurang lebih satu bulan, setelah diuploadnya video durasi kecil dan menghilangkan satu kata penting. Seharusnya ketika itu diucapkan oleh orang yang bersangkutan, dan orang yang mendengarnyapun waktu itu ada disana, kan bisa bertindak tegas. Eh malah sebaliknya, beliau masih dijamu, dikasih makan dan lain-lain, seakan-akan tidak ada masalah.

Tuntut Ahok, tangkap Ahok,  penjarakan Ahok, bunuh Ahok, itu kata-kata yang dilontarkan terus oleh orang-orang yang merasa disinggung.

Kedua, ketika ada orang yang melakukan perbuatan keji, pengeboman suatu gereja. Dan ada lima balita yang menjadi korban. Satu meninggal, lihat reaksi yang diberikan. Tidak ada kata makian, ejekan. Yang ada hanya maafkanlah dia, ampunilah dia, sadarkanlah dia. Bahkan pihak PGI-Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia mengeluarkan suatu pernyataan supaya tidak melemparkan opini-opini liar yang bisa mengakibatkan kericuhan semakin dalam dan menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah melalui kepolisian untuk mengusut tuntas semuanya.

Berharap Indonesia tercinta ini semakin lebih baik lagi, Berharap bibit ketidakadilan bagi bangsa ini segera dienyahkan. Berharap proses hukum yang sedang berjalan bisa berjalan dengan baik dan bisa memberikan keadilan yang seadil-adilnya. Dan putusan yang akan diambil bukan karena tuntutan massa sehingga suatu kebenaran dibelokkan menjadi suatu kesalahan atau ketidakbenaran. Ataupun sebaliknya. Dan kita  juga harus belajar menerima perbedaan yang ada. Jangan hanya karena kita berbeda maka kita menjadi musuh. Oh tidak..tidak seperti itu. Kita ini satu keluarga dalam bingkai NKRI.

Sibolangit, 17 November 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun