Hari ini, 12 Mei 2025 diperingati sebagai hari Perawat Internasional. Dimana hari ini bertepatan dengan hari lahirnya Florence Nightingale yang ke-205 , dan digunakan untuk merayakan profesi keperawatan dan meningkatkan kesadaran tentang tantangan terbesar yang dihadapi perawat di seluruh dunia.
Tahun ini perawat internasional menggunakan jargon: "Our Nurses. Our Future. Caring for nurses strengthens economies".
Menurutku jargon diatas sangat tepat untuk kondisi saat ini. Karena relate sekali dengan keadaan perawat di Indonesia khususnya. Pendidikan Nakes terkhusus perawat merupakan pendidikan yang mengeluarkan biaya cukup besar, sekolahnya tidak mudah, dan cukup menguras tenaga jika berjaga dengan shift saat PKL. Maka wajar rasanya ketika sudah bekerja, perawat mengharapkan imbalan yang setimpal. Karena mungkin bisa dibilang bagi perawat yang bekerja shift misal di rawat inap atau intensive sebagian besar hidup mereka adalah di Rumah Sakit.
Bayangkan satu shift dari jam 07.30 sampai jam 14.00 lalu shift siang pada pukul 14.00 sampai pukul 21.00 lalu shift malam dari pukul 20.30(overan) sampai pukul 08.00 pagi. 7 sampai 10 jam di RS belum lagi jika ada kegawat daruratan. Atau sesuatu yang penting shingga perawat pulangnya pun tidak tepat waktu.
Tak heran jika teman-teman termasuk aku sendiri sering merasakan jika shift sore saking padatnya aktivitas hingga bekal makan yang di bawa ke RS tidak termakan dan dibawa pulang lagi dalam keadaan utuh.Â
Belum lagi saat perawat dalam kondisi hamil besar. Dimana kinerjanya tidak bisa secepat perawat yang tidak sedang hamil. Maka perawat itu sendiri yang mampu mengkontrol kinerjanya supaya tetap sesuai target dan tidak mengganggu kondisi kehamilannya.
Tahun 2015 aku juga pernah merasakan menjadi perawat di perbatasan Indonesia-Malaysia selama 2 tahun(Nusantara Sehat Team 2) Tepat nya di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara. Disana selain merantau jauh dari orangtua, tantangannya harus neradaptasi dengan berbagai hal. Mulai beradaptasi menangani kasus Gawat Darurat dari di gigit biawak, ditabrak kerbau, kesetrum listrik, hilang kesadaran akibat stroke hingga harus merujuk pasien dengan speed boat (antar pulau) ke kabupaten Nunukan. Semua rasa campur aduk dan menjadi pengalaman tersendiri bagiku. Dan kenyataannya adalah Tenaga Kesehatan Suka Rela  (TKS) disana  tahun 2015 itu hanya di bayar 300 ribu perbulan.Â
Maka kesejahteraan perawat seyogya nya menjadi prioritas sehungga perawat bisa bekerja lebih baik, nyaman dan fokus untuk perawatan para pasien sakit. Sesuai seperti yang dikatakan oleh Presiden ICN Â (International Council of Nurse) Dr. Pamela Cipriano bahwa "Dengan memprioritaskan kesejahteraan perawat, kami memastikan bahwa mereka dapat terus memberikan perawatan berkualitas tinggi yang penting bagi kesehatan masyarakat kami."
Selain itu perawat juga memiliki banyak tantangan untuk berlomba mengembangkan ilmu yang ada dan terbarukan. Maka adanya jumat ilmiah, atau jurnal reading yang dilakukan baik online maupun offline sangat bermanfaat untuk menjawab tantangan keilmuan perawat. "Perawat menghadapi banyak tantangan: fisik, mental, emosional, dan etika, dan sangat penting bagi kita untuk mengatasi tantangan ini dengan cara yang dapat meningkatkan kesehatan mereka secara keseluruhan," kata Dr. Cipriano lagi. (Sumber: website Nursingtimes).