Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Money

Impor Beras Indonesia 20 Tahun Terakhir Mencapai 19,8 Juta Ton?

10 Maret 2021   02:42 Diperbarui: 13 Juli 2021   07:27 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar dari GeoTimes

Beberapa tahun lalu bibi teman saya yang tinggal di Bintan dengan bangga menceritakan bahwa beras mereka adalah beras Singapura. Lantas teman saya menyanggah: "Tak mungkinlah, Bi, di Singapura mana ada sawah?". Dan bibinya pun menjawab: "Ini buktinya" katanya sambil menunjukkan karung bertuliskan "Beras Singapura"

Menjadi miris memang jika menyebut Indonesia sebagai negara Agraris dengan makanan pokok beras. Lirik lagu "Kolam Susu" milik grup band legendaris Koes Plus yang menyebut tanah kita sebagai "tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman" juga menjadi terdengar paradoks.

Jika mencermati data dari Badan Pusat Statistik www.bps.go.id mengenai "Impor Beras Menurut Negara Asal Utama, 2000-2019" selama 20 tahun terakhir (2000-2019), sedikitnya Indonesia telah mengimpor beras 19,8 juta ton beras dari 10 negara utama, antara lain: Vietnam, Thailand, Tiongkok, India, Pakistan, Amerika Serikat, Singapura, Myanmar dan lainnya.

Secara rinci total impor beras Indonesia mencapai 19.759.532 ton (19,8 juta ton) dengan harga beli US$7.736.100.800,-(US$7,7 miliar) atau jika dikonversi ke rupiah dengan kurs 14.400 setara dengan Rp 111.399.851.520.000,- atau Rp111,4 triliun. Jumlah yang sangat luar biasa, bukan?

Dan jika kita perhatikan negara asal impor, kita akan menemukan beberapa keanehan. Misalnya negara kecil seperti Taiwan sempat mensuplai kebutuhan beras kita sebesar 33.947 ton. Negara kecil Singapura yang sama sekali tidak memiliki sawah juga sempat memasok kebutuhan beras kita sebesar 53.862,2 ton.

Negara Pakistan yang hampir tak pernah luput dari peperangan ternyata dapat memasok kebutuhan beras kita sebesar 1.320.289,6 ton. Sementara dari negara adikuasa Amerika Serikat ternyata kita tidak cukup hanya mengimpor peralatan teknologi saja tetapi juga beras sebanyak 382.376,6 ton.

Vietnam menjadi negara utama eksportir beras kita sebesar 8.795294 ton atau setara dengan US$3,6 miliar, Thailand berada di urutan kedua sebesar 6.184.508,4 ton atau setara dengan US$2,6 miliar sedangkan India berada di urutan ketiga sebesar 1.432.553,9 ton atau setara dengan US$447,5 juta.

Jika memperhatikan fluktuatif maka impor beras paling sedikit terjadi pada 2005 sebesar 189.616,6 ton sedangkan impor paling besar terjadi pada 2011 yaitu sebesar 2.750.476,2 ton.

Jika dibandingkan antara masa pemerintahan Presiden SBY dan masa pemerintahan Presiden Jokowi maka pada masa SBY (2004-2013) sebesar 8.532.696,6 ton (US$4.011.461.600,-) sedangkan masa Jokowi (2014-2019) sebesar 5.992.551,1 ton (US$2.636.646.400,-)

Melihat data tersebut hal apalagi yang akan kita jadikan alasan sehingga terus-terusan mengimpor? Jika cuaca ekstrem dijadikan alasan, apakah negara tetangga Vietnam, Thailand dan Myanmar juga mengalami hal yang sama? Jika jumlah penduduk dijadikan sebagai alibi, bukankah jumlah penduduk India jauh lebih banyak?

Atau jika disebut negara kita lebih fokus ke komoditas pertanian yang lebih mahal, komoditi apa? Bukankan kacang kedelai, gandum dan jagung juga kita impor. Jadi sebagai negara agraris dalam hal apa kita unggul kalau semuanya masih harus serba impor?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun