Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Wajarkah Megawati Meminta Jatah Lebih dari 4 Menteri untuk PDIP?

8 Agustus 2019   17:36 Diperbarui: 8 Agustus 2019   23:56 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok : tribunnews.com

Dikutip dari Detikcom, dalam sambutannya saat membuka Kongres PDIP di Sanur, Bali (Kamis, 8/8/2019), Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri blak-blakan mengenai kursi menteri. Megawati meminta kepada Jokowi agar PDIP diberikan kursi menteri terbanyak di kabinet. Bahkan Megawati mengatakan emoh jika hanya dikasih 4 kursi.

"Ini di dalam kongres partai, Bapak Presiden, saya meminta dengan hormat bahwa PDIP akan masuk dalam kabinet dengan jumlah menteri harus terbanyak. Jangan nanti, 'Ibu Mega, saya kira karena PDIP sudah banyak kemenangan sudah ada di DPR, nanti saya kasih cuma empat'. Wee... emoh. Tidak mau. Tidak mau. Tidak mau. Orang yang nggak dapet aja minta," kata Megawati

Menanggapi permintaan ketua umum partainya, Jokowi langsung menanggapi dengan menjadikan dirinya sebagai jaminannya. Jokowi tidak merinci dengan angka pasti, namun Jokowi berjanji PDIP pasti akan mendapatkan kursi terbanyak.

"Mengenai menteri. Tadi bu Mega kan menyampaikan jangan empat dong. Tapi kalau yang lain dua, tapi PDIP empat kan sudah dua kali (lipat). Kalau yang lain tiga, pasti PDIP (hadirin berteriak 'enam'), belum tentu juga. Yang jelas PDIP pasti yang terbanyak. Itu jaminan saya," sambung Jokowi

***

Pertanyaannya, wajarkah Megawati meminta kursi terbanyak untuk partainya, kepada presiden? Bukankah urusan kursi menteri sepenuhnya merupakan hak prerogatif presiden?

Saya pikir wajar-wajar saja jika Megawati meminta hal seperti itu. Bahkan sangat wajar dan terlalu wajar. Itu merupakan bentuk luapan perasaan "emosional" dari dalam diri seorang ketua umum partai. Ketika partainya dinyatakan sebagai pemenang Pemilu 2019 sekaligus salah satu kadernya terpilih menjadi Presiden Indonesia untuk kedua kalinya.

Kongres V PDIP kali ini, merupakan momen yang sangat berkesan sekaligus sangat menggembirakan bagi seluruh keluarga besar PDIP. Tidak hanya bagi kadernya saja, tetapi bagi seluruh simpatisan PDIP di tanah air. 

Seperti diketahui pada Pemilu 1999 PDIP berhasil menjadi pemenang pemilu dengan mengumpulkan 35.689.073 suara (33,74 persen/153 kursi). Kemudian turun ke posisi ke-2 pada Pemilu 2004 dengan raihan 21.026.629 suara (18,53 persen/109 kursi), lalu terus melorot ke urutan ketiga pada Pemilu 2014 dengan raihan 14.600.091 suara (14,03 persen/95 kursi).

Dan kali ini, untuk kedua kalinya secara berturut-turut, PDIP berhasil mempertahankan kemenangannya di posisi puncak, setelah pada Pemilu 2014 berhasil menaklukkan Partai Demokrat, dengan meraih 23.681.471 suara (18,95 persen/109 kursi) dan kali ini pada Pemilu 2019, kembali memperoleh 27.053.961 suara (19,33 persen/128 kursi).

Jadi sangat wajar jika Megawati meluapkan rasa kegembiraannya dengan meminta jatah menteri terbanyak kepada kader partainya yang juga terpilih menjadi presiden untuk kedua kalinya. Dua kali dinyatakan sebagai pemenang pemilu secara berturut-turut dan dua kali juga memenangkan pilpres secara berturut-turut, bukankah itu sebuah persembahan yang luar biasa dari Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum?

Jika saya boleh mendramatisir suasana kongres kali ini, di sebuah panggung besar yang gemerlap, disaksikan ratusan juta pasang mata masyarakat Indonesia, dengan rasa haru dan dengan jiwa penuh keibuan, dengan luapan air mata bahagia, Megawati mendatangi anaknya yang sukses menduduki kursi RI-1, dua kali berturut-turut, lalu memohon dengan haru:

"Nak, kongres kali ini sangat emosional. Sangat berbeda dari kongres-kongres sebelumnya. Ini adalah untuk kedua kalinya kita mempertahankan kemenangan, baik sebagai pemenang pemilu maupun sebagai pemenang pilpres. Ibu sangat senang dan bahagia dan tidak ingin rasanya momen ini berlalu begitu saja. Jika ibu boleh meminta, ijinkanlah adek-adekmu dari keluarga ini yang dianggap sangat berkompeten untuk duduk di kursi menteri. Beri mereka kesempatan lebih banyak dari partai lain. Ini mungkin adalah permintaan ibu yang terakhir selama menjabat sebagai ketua umum. Pada kongres berikutnya, mungkin ibu akan meletakkan jabatan ini karena tak sanggup lagi mengingat usia ibu yang sudah senja. Ijinkan ibu meminta dan kalau boleh jangan kau tolak".

Lalu apakah Jokowi bisa dicap sebagai "anak durhaka" jika tidak memenuhi permintaan sang ibu Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum partai hanya karena dalih tidak bisa menyalahgunakan hak prerogatifnya?

(RS)

Sumber: Detikcom, Wikipedia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun