Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membandingkan Indonesia dengan Eks Koloninya Timor Leste

22 Juli 2019   06:00 Diperbarui: 22 Juli 2019   07:13 7424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok : Sindonews.com

Setidaknya ada 3 stasiun televisi Timor Leste yang dapat disaksikan melalui digital parabola tak berbayar. Dua melalui satelit Palapa, RTTL dan GMN tv dan satu melalui Telkom 4S, TVe Timor Leste. Saya suka memantau acaranya sekalipun tidak mengerti bahasanya. Tujuan saya hanya ingin melihat seberapa jauh perkembangan eks koloni Indonesia itu setelah melepaskan diri sekitar 20 tahun yang lalu.

Latar Belakang Sejarah

Tidak hanya pernah dijajah selama beberapa abad, ternyata Indonesia juga pernah menjajah selama 26 tahun. Dan satu-satunya negara yang pernah dijajah Indonesia adalah Timor Leste, yang sebelumnya bernama Timor Timur dan merupakan provinsi ke-27 atau yang terakhir ketika itu.

Berbeda dengan model penjajahan di dunia pada umumnya, jika negara-negara Eropa menjadikan daerah jajahannya sebagai ladang untuk meraup kekayaan tetapi Indonesia justru sebaliknya. Indonesia justru harus mengeluarkan banyak uang dan mengorbankan nyawa untuk membangun Timor Timur yang miskin SDM dan SDA.

Boleh dikatakan jika disebut sebagai penjajah, sebenarnya tidak ada untungnya bagi Indonesia menjajah Timor Leste. Yang ada adalah kerugian materil dan moril yang tak terhitung.

Tidak sedikit uang Indonesia yang digelontorkan untuk membangun infrastruktur disana. Misalnya seperti jalan, jembatan, perkantoran dan layanan publik, terutama sekolah-sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi seperti Universitas Dilli.

Dan tak terhitung pula nyawa prajurit Tentara Nasional Indonesia yang gugur disana. Untuk memerangi Tentara Fretilin yang ketika itu dianggap sebagai pemberontak atau pengacau keamanan.

Jika ternyata tidak mendatangkan keuntungan, lalu mengapa Indonesia berjuang mati-matian untuk tetap "menjajah"  Timor Leste?

Ceritanya, Timor Timur dijajah Portugal pada abad ke-16 dan dikenal sebagai Timor Portugis sampai 28 November 1975. Ketika Timor Portugis ditelantarkan Portugal, maka disana terjadilah revolusi anyelir. Lalu Front Revolusi untuk Timor Leste Merdeka (FRETILIN) mengumumkan kemerdekaan wilayah tersebut.

Karena Timor Portugis ditakutkan akan menjadi negara komunis maka 9 hari kemudian dibantu Australia, Inggris dan Amerika, Indonesia melakukan invasi dan aneksasi ke Timor Portugal dan kemudian menjadikannya sebagai provinsi ke-27 dengan nama Timor Timur.

Tahun 1999 sebagai rentetan dari peristiwa Santa Cruz (1991), akhirnya Presiden BJ Habibie memberikan kesempatan kepada masyarakat Timor Timur untuk melakukan referendum yang disponsori oleh PBB.  Dan hasilnya terhitung sejak 25 Oktober 1999 Timor Leste secara resmi memisahkan diri dari Indonesia dan berada dibawah pengawasan UNTEA.

Selang 2,5 tahun kemudian atau tepatnya 20 Mei 2002, kemerdekaan Timor Leste dipulihkan kembali. Dan terhitung sejak hari itu, Timor Leste diakui sebagai negara yang berdaulat penuh oleh PBB dan negara-negara di dunia.

Lalu bagaimana nasib Timor Leste kini setelah 20 tahun memisahkan diri dari Indonesia atau setelah 17 tahun kemerdekaannya dipulihkan?

Perbandingan Indonesia dan Timor Leste

Indonesia memiliki luas wilayah 1.910.931 km persegi dengan jumlah penduduk (perkiraan 2016) sekitar 261.115.456 jiwa atau dengan kepadatan penduduk 138 jiwa/km persegi. 

Sementara luas wilayah Timor Leste hanya 15,410 km persegi dengan jumlah penduduk berdasarkan sensus 2015 sekitar 1,167,242 jiwa atau dengan kepadatan penduduk 78 jiwa/km persegi.

Dari segi Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan pendapatan perkapita: Indonesia memiliki total PDB KKB pada tahun 2019 sebesar $3.740 triliun dan PDB nominal (2014) sebesar $2.498 miliar dengan pendapatan perkapita KKB sebesar $14,020 dan perkapita nominal sebesar $4,120.

Sementara Timor Leste memiliki total PDB KKB pada tahun 2017 sebesar $4.567 miliar dan PDB nominal (2014) sebesar $2.498 miliar dengan pendapatan perkapita KKB sebesar $5,479 dan perkapita nominal sebesar $2.498.

Dari segi pembangunan sumber daya manusia atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indonesia 0,694 (sedang), tidak terlalu berbeda jauh dengan Timor Leste 0,625. Sementara tingkat kesenjangan pendapatan (Gini), Indonesia memiliki kesenjangan lebih tinggi dengan angka 39,5 sedangkan Timor Leste 31,9.

Bagaimana perkembangan perekonomian Timor Leste?

Dikutip dari Tirto.id, Pertumbuhan ekonomi Timor Leste sejak resmi berdaulat pada 2002 sampai dengan 2006, tumbuh tipis dari $422,92 juta  menjadi $440,02 juta. Pertumbuhan ekonomi Timor Leste melaju kencang sejak 2007 sampai dengan 2016, mulai dari $531,26 juta menjadi $1,78 miliar. Kemudian pertumbuhan kemudian menurun menjadi 4 persen pada tahun 2017.

Komoditas andalan Timor Leste adalah kopi sebagai penyumbang devisa terbesar untuk negara. Ekspor kopi terus meningkat hampir mencapai $30 juta atau naik lebih dari dua kali lipat selama periode 2014 sampai dengan 2016. Namun pada 2017, nilai ekspor kopi Timor Leste hanya sebesar $14 juta, lantaran gangguan cuaca.

Angka ini berbanding terbalik dibanding pendapatan dari minyak, yang mengalami penurunan tajam dari $1 miliar pada 2015 menjadi hanya senilai $400 juta di 2016. Bank dunia mencatat bahwa produksi minyak Timor Leste berhenti dan meninggalkan defisit fiskal yang membebani tabungan negara.

Sementara Niklas Westelius, kepala tim dari IMF untuk Timor Leste, mengatakan ketidakpastian politik di negara tersebut sangat memengaruhi kegiatan ekonomi pada 2017 dan hampir sepanjang 2018. Melihat potensi pendapatan minyak dari lapangan aktif yang akan berakhir pada 2022, penarikan Petroleum Fund dapat menimbulkan risiko terhadap keberlanjutan fiskal jangka panjang.

Langkah pemerintah Timor Leste yang memperkuat hubungan dagang dengan China justru akan membuat Timor Leste pada keadaan yang semakin sulit. Misalnya pada tahun 2014, Timor Leste harus mengeluarkan dana $982 juta untuk impor dari China dan hanya berhasil meraup dana ekspor sebesar $91 juta. 

Itu artinya hingga saat ini Timor Leste masih berada pada masa-masa yang sulit. Nasibnya belum berubah bahkan lebih buruk setelah lepas dari Indonesia. Bahkan jika tidak cepat berbenah, Timor Leste akan berada dalam bayang-bayang kebangkrutan.

(RS)

Sumber : Tirto.id, Bisnis.com, Wikipedia.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun