Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ini Alasan Logis Mengapa Habib Rizieq Harus Masuk Agenda Rekonsiliasi

18 Juli 2019   13:56 Diperbarui: 18 Juli 2019   14:07 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo : Tribun Jabar.com

Kelihatannya tidak logis padahal sebenarnya sangat logis. Karena secara tidak langsung mereka ingin mengatakan bahwa merekalah "trouble maker" itu.

Dahnil Anzar Simanjuntak dan Lieus Sungkharisma adalah 2 orang dari sekian banyak pendukung fanatik Habib Rizieq. Mereka ngotot agar imam besar mereka yang sekarang sedang "tertahan" di Arab Saudi, masuk dalam agenda utama rekonsiliasi Jokowi-Prabowo.

Dahnil menyebut jika rekonsiliasi politik ingin digunakan maka narasi yang paling tepat adalah memberi kesempatan kepada Habib Rizieq untuk pulang ke tanah air. Sementara Lieus menginginkan jika rekonsiliasi dilakukan maka pemulangan dan rehabilitasi nama baik Habib Rizieq adalah soal penting.

Padahal logikanya rekonsiliasi itu dimaksudkan untuk menyelesaikan ketidakharmonisan akibat pilpres. Jadi seharusnya yang rekonsiliasi adalah capres 01 dan 02, Jokowi dan Prabowo. Kemudian berimbas kepada pendukungnya, "cebong" dan "kampret". Lalu mereka kembali bersatu seperti keadaan sebelum pilpres.

Berhubung Habib Rizieq bukan capres maka secara logis dia tak perlu dikut-ikutkan dalam rekonsiliasi. Karena Habib Rizieq dan pengikutnya masuk ke dalam pendukung Prabowo, maka sewajarnyalah mereka mengikuti himbauan Prabowo terkait hal itu.

Satu hal lagi yang perlu dicatat, masalah kepergian Habib Rizieq ke Arab Saudi terjadi pada 2017 lalu. Bukan diakibatkan masalah pilpres. Tetapi dia pergi sendiri atas kemauan dan kepentingannya sendiri. Maka kepulangannya juga harus sendiri dan tidak perlu dikait-kaitkan dengan agenda rekonsiliasi.

Jika demikian masih logiskah memasukkan kepulangan Habib Rizieq  dalam agenda utama rekonsiliasi Jokowi-Prabowo?

Walaupun kedengaran tidak logis tetapi sebenarnya hal itu bisa saja dibuat menjadi sangat logis. Begini penjelasannya:

Karena definisi rekonsiliasi itu adalah memulihkan kembali persahabatan ke keadaan semula, maka mungkin mereka berpikir bahwa inilah waktu yang tepat untuk memulihkan keadaan mereka. Yaitu memulangkan Habib Rizieq dari Arab Saudi sekaligus memulihkan nama baiknya. Mungkin itulah maksud rekonsiliasi versi mereka.

Mereka semakin menyadari bahwa saat ini keadaan imam besar mereka berada pada posisi yang tak menguntungkan. Dan satu-satunya yang dapat menyelesaikannya adalah campur tangan pemerintah. Maka mereka pun dalam keegoisannya bermaksud memanfaatkan momen rekonsiliasi ini.

Karena bagi pendukung fanatiknya, Habib Rizieq adalah yang terpenting dari segalanya. Jauh melebihi Jokowi dan Prabowo, juga melebihi kepentingan bangsa dan negara. Sehingga secara tidak langsung mereka ingin mengatakan, rekonsiliasi bukan masalah pilpres. Juga bukan masalah Jokowi dan Prabowo, tetapi masalah Habib Rizieq.

Selama ini kita berpikir bahwa Habib Rizieq dan pengikutnya adalah pendukung setia Prabowo. Tetapi setelah Prabowo dan Jokowi "bermesraan" di MRT dan makan siang di FX Senayan, keadaan pun berubah.

Pendukung Prabowo yang berasal dari garis Habib Rizieq merasa kecewa, marah lalu kemudian berpaling meninggalkan Prabowo. Karena sejatinya mereka adalah pendukung Habib Rizieq yang nebeng ke Prabowo untuk kepentingan Habib Rizieq.

Tadinya mereka yakin Prabowo akan menang. Lalu semua masalah yang membelit imam besar mereka akan selesai di masa kekuasaan Prabowo. Dan sebagai langkah pertama adalah memulangkan imam besar mereka dari Arab Saudi, Prabowo pernah berjanji untuk itu.

Tujuan utamanya adalah memulangkan dan menyelesaikan masalah yang membelit Habib Rizieq. Tetapi sarananya adalah memenangkan Prabowo. Maka mereka pun melakukan segala upaya. Salah satunya adalah menggunakan media sosial untuk menyebarkan isu-isu mulai dari yang positif hingga menyerang lawan.

Di sinilah perpecahan itu dimulai. Ketika penyebaran hoaks dan ujaran kebencian menjadi masif. Masyarakat pun digiring ke opini "sesat". Dan salah satunya adalah penolakan terhadap kemenangan Jokowi yang disebut pilpres tercuang sepanjang sejarah. Pilpres yang dituduh melakukan kecurangan TSM. Lalu ada rencana people power, dsb.

Artinya secara tidak langsung mereka seakan-akan mau mengatakan: Jika Habib Rizieq tidak dipulangkan dan nama baiknya tidak direhabilitasi, untuk apa ada rekonsiliasi? 

(Tidak tahukah kalian siapa sesungguhnya biang kekacauan selama ini? Apakah kalian pikir itu ulah pendukung Jokowi atau Prabowo saja? Dan apakah kalian pikir jika Jokowi dan Prabowo rekonsiliasi tetapi tidak melibatkan Habib Rizieq sudah jaminan keadaan akan kondusif?)

Bisa saja menurut mereka hal itu logis tetapi tetap saja tidak boleh diterima.

(RS/dari berbagai sumber)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun