Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Anies Kembali Menata Kata Reklamasi dan Pulau

23 Juni 2019   22:53 Diperbarui: 23 Juni 2019   23:12 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi : Tempo.co

Dalam hal "menata kata", kehebatan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak perlu diragukan lagi. Tetapi dalam urusan "menata kota", hingga memasuki tahun kedua masa kekuasaannya sepertinya beliau belum menunjukkan prestasi terbaiknya.

Sebutlah ketika beliau merilis istilah drainase vertikal untuk mengatasi banjir tahunan di DKI. Anies mengatakan, jika air hujan dikembalikan lagi ke dalam tanah, kecil kemungkinan terjadi banjir.

"Air itu turun dari langit ke bumi dan ke laut. Harusnya dimasukkan ke dalam bumi, ke tanah. Di seluruh dunia itu air jatuh itu dimasukkan ke tanah, bukan dialirkan pakai gorong-gorong raksasa ke laut," ujat Anies dalam videonya yang sempat viral ketika itu.

Demikian juga ketika beliau memperkenalkan istilah "naturalisasi kali" untuk mengganti "normalisasi kali" dan "rumah lapis" untuk mengganti istilah "rumah susun", yang beliau yakini dapat mengatasi masalah tata kota Jakarta yang masih semrawut.

Tetapi nyatanya semua istilah maupun teori yang dikemukakan Anies untuk membuat Jakarta lebih baik nampaknya belum membuahkan hasil. "Bahkan tambah buruk," kata warganet yang belum melihat perbaikan.

Sebelumnya politisi PDIP Masinton Pasaribu pernah mengingatkan Anies dalam acara diskusi Radio Sindotrijaya Network dengan topik "Setelah Pilkada Usai". Masinton mengatakan: "Anies-Sandi harus lebih hebat dari Badja (Basuki-Djarot), jangan jago menata kata tapi harus menata kota," kata beliau di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, (Kumparan, 22/4/2017).

Pada Minggu siang (23/6/2019) bertempat di Hotel Grand Sahid, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat saat menghadiri halalbihalal bersama caleg Gerindra DKI, Anies Baswedan kembali "menata kata".

Kali ini Anies berbicara tentang perbedaan antara "reklamasi" dan "pulau". Menurut beliau ada perbedaan antara reklamasi dan pulau. Dan kedua istilah tersebut harus dipahami dengan benar agar tidak terjebak di doorstop diskusi.

"Dari reklamasi saja, disebutnya pulau reklamasi. Tidak ada pulau. Yang disebut pulau itu adalah daratan yang terbentuk proses alami. Kalau daratan yang dibuat manusia itu namanya pantai, bukan pulau," kata beliau (detik.com, 23/6/2019).

Mungkin maksud Anies, definisi pulau adalah daratan yang terbentuk secara alami atau melalui proses alam. Sedangkan daratan yang terbentuk karena dibuat manusia maka itu bukanlah pulau tetapi pantai. 

Jadi tidak ada istilah "pulau reklamasi" tetapi yang ada adalah "pantai reklamasi". Dan pantai reklamasi itu bukan pulau tetapi masih termasuk bagian dari Pulau Jawa. Termasuk kawasan C, D, E, itu bukan pulau reklamasi tetapi pantai reklamasi yang termasuk dalam kawasan Pulau Jawa.

"Jadi kalau ditanya, kawasan ini sebenarnya bagian dari pulau apa? Kawasan C, D, itu bagian dari pulau apa? Pulau Jawa. Kita harus yakin menjawab itu adalah bagian dari Pulau Jawa. Bahwa kita jaga wilayah ini menjadi bagian wilayah Indonesia yang kedaulatannya kita jaga, tidak kita serahkan kepada siapa-siapa," ungkap Anies (detik.com, 23/6/3019).

Sebenarnya apa maksud Anies mengatakan semua ini dan seberapa pentingkah memahami kata "reklamasi" dan "pulau" dengan benar dan kaitannya dengan penataan wilayah DKI Jakarta?

Saya pikir semuanya ini hanyalah permainan kata-kata untuk membodohi masyarakat yang bisa dibodohi.

Ketika kebijakan Anies mengeluarkan IMB untuk pulau reklamasi yang tengah menjadi sorotan, sekarang Anies berusaha mencari-cari alasan untuk pembenaran. Semasa kampanye dulu beliau getol menolak reklamasi dan akan membatalkan proyek yang sedang berjalan.

Tetapi sekarang kenyataan bagaimana? Apakah Anies akan dianggap sebagai penghianat karena mengingkari janji kampanyenya atau malah beliau akan tetap mendapatkan dukungan masyarakat DKI karena kelihaiannya dalam menata kata?

(RS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun