Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerita Natal) Cara Tuhan dan Pikiran Manusia

12 Desember 2018   23:49 Diperbarui: 13 Desember 2018   00:17 3663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dok : grobogantoday.com)

Di sebuah desa kecil di kaki bukit yang jauh dari hiruk-pikuk dan keramaian, tinggallah sebuah keluarga kecil yang hidupnya sangat sederhana atau lebih tepat dikatakan "keluarga miskin". 

Tetapi walaupun tergolong miskin, mereka berempat: sang ayah, ibu dan dua orang anaknya yang masih kecil, hidup bahagia disana. Mereka tak pernah lupa bersyukur atas kemurahan Tuhan dalam kehidupan mereka. Itulah yang menjadi sumber sukacita dan pengharapan bagi mereka sehingga mereka dapat merasakan damai sejahtera.

Sang ayah sudah berusaha bekerja sekuat tenaga mengolah sawah dan ladang mereka tetapi panen mereka selalu gagal dan gagal lagi hampir setiap tahun. Meskipun demikian, sang ayah selalu bersikap tegar dan terus berusaha bekerja sekuat tenaga dengan harapan suatu saat pasti hasil panennya akan melimpah.

Semangatnya tak pernah kendor dan sang ayah terus berusaha mencari nafkah dengan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Demi anak dan istrinya, sang ayah rela melakukan apapun sepanjang pekerjaan itu masih halal.

Dan satu hal yang tak pernah berubah adalah, sang ayah selalu mengajak dan mengingatkan istri dan kedua anaknya agar selalu berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan, tekun berdoa dan rajin beribadah.

Sang ayah selalu mengatakan bahwa Tuhan adalah sumber dari segala sesuatu dan segala sesuatu suatu saat akan kembali kepada Tuhan dan tidak ada sesuatu apapun terjadi tanpa seizin dan kehendak Tuhan.

"Yang terpenting dan terutama, biarlah hati kita mengasihi Tuhan jauh melebihi apapun yang ada di bumi. Kita harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi kita," nasihat sang ayah kepada istri dan kedua anaknya.

***

Ketika beberapa hari lagi natal akan tiba, sang ayah duduk termenung dan wajahnya kelihatan sedih. Belum pernah dia selemah ini. Dia pergi ke bilik rumahnya, lalu berdoa: "Tuhan, hari natal sudah dekat. Aku tidak meminta apapun dari padaMu, hanya berikanlah kami makanan secukupnya dan jika Tuhan berkehendak, berikanlah baju baru untuk kedua anakku"

Setelah itu, sang ayah mengajak istrinya dan kedua anaknya pergi ke ladang. Siapa tahu ada sisa-sisa hasil kebun yang dapat diambil untuk dijual. Harapannya hanya ingin membeli dua pasang baju baru, masing-masing satu pasang untuk kedua anaknya.

Baru saja mereka tiba di ladang dan belum lagi duduk untuk melepaskan penat, dari kejauhan mereka melihat asap tebal membubung tinggi ke angkasa dari arah kampungnya. "Rumah siapa gerangan yang terbakar?", kata sang ayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun