Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Salah Jika Prabowo "Salah Marah" Kepada Media

11 Desember 2018   19:04 Diperbarui: 11 Desember 2018   19:08 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi : tribunnews.com)

"Siapapun bisa marah, marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik, bukanlah hal mudah."
~Aristoteles~

Apakah seorang calon presiden tidak boleh marah? Dan apakah Prabowo Subianto harus selalu tersenyum dan selalu berusaha menyenangkan hati semua orang  termasuk jurnalis hanya karena posisi beliau sebagai seorang calon presiden?

Tidak. Sama sekali, tidak. Tidak ada yang dapat melarang Prabowo marah dan tak seorang atau tak satu kelompok pun berhak melarang Prabowo marah, "kepada siapa saja, kapan saja, dengan tujuan apa saja dan dengan cara apa saja". Karena hal itu adalah mudah dan saya katakan, beliau sudah melakukannya dengan sukses.

Tetapi sangat tidak bijaksana jika seorang calon presiden "asal marah", suka ngambek atau mutung, "sering atau selalu marah-marah" sehingga menjadi "salah marah". Calon pemimpin yang demikian dengan jelas kelihatan tidak tenang dan grasa-grusu, dapat berakibat fatal terhadap orang-orang disekitarnya.

Tanpa bermaksud menggurui, mungkin ada baiknya jika setiap kali mau marah, Prabowo selalu mengingat nasihat Filsuf Aristoteles tentang "filsafat marah" yaitu: "marah kepada orang yang tepat dengan kadar yang sesuai pada saat yang tepat demi tujuan yang benar dengan cara yang baik".

Coba perhatikan "kutipan marah" Prabowo kepada media berikut ini:

"...Saya katakan, hai media-media yang kemarin tidak mau mengatakan ada belasan juta orang atau minimal berapa juta orang di situ, kau sudah tidak berhak menyandang predikat jurnalis lagi. Kau, boleh kau cetak, boleh kau ke sini dan ke sana. Saya tidak akan mengakui anda sebagai jurnalis lagi. Enggak usah, saya sarankan anda tak usah hormat sama mereka lagi. Mereka hanya antek dari orang yang ingin menghancurkan Republik Indonesia..." (Prabowo Subianto, Tempo.co, 6/12/2018)

Sudah tepatkah sasaran, kadar, waktu, tujuan dan cara marah Prabowo tersebut?

Atas dasar apa Prabowo mengatakan media-media tidak berhak menyandang predikat jurnalis, menyarankan agar mereka tidak dihormati serta menuduh mereka sebagai antek yang ingin menghancurkan Republik Indonesia?

Saya pikir itu adalah marah yang tidak terkendali dan seharusnya tidak dikatakan oleh seorang calon presiden. Itu jelas "marah yang salah" atau "salah marah" yang dapat menimbulkan "marah bahaya".

Lupakah Prabowo bahwa reuni 212 bukan acara untuk dirinya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun