Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengenai "Mount Everest", Mardani yang Salah Bukan Prabowo

12 Oktober 2018   13:38 Diperbarui: 12 Oktober 2018   20:34 4072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Photo : tribunnews.com)

Ketika menjadi salah satu narasumber di Mata Najwa Trans7 (10/10/2018), presenter Najwa Shihab menanyakan kepada Mardani Ali Sera terkait rekam jejak pasangan capres nomor urut 02, Prabowo Subianto sehingga beliau layak dipilih menjadi presiden Indonesia berikutnya.

Dengan semangat berapi-api, Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Capres-Cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Mardani Ali Sera menjawab:

"Prabowo sudah membuktikan kualitasnya, 26 April 1997 ketika tidak ada seorang pun dari Asia Tenggara yang mampu menaklukkan Everest, Prabowo dan tim Kopassus-nya mampu menaklukkan gunung tertinggi di dunia. Itu ciri khas kepemimpinan utama," jawab Mardani mantap.

Belakangan jawaban Mardani tersebut menuai kontroversi dan ramai dibahas di media berita daring dan menjadi bahan guyonan di media sosial.

Mardani membuat beberapa kesalahan fatal yang seharusnya tak diucapkannya sehingga tidak menjadi bahan olok-olokan warganet di jagat maya.

Yang pertama adalah terkait ucapannya: "... Prabowo dan tim Kopassus-nya mampu menaklukkan gunung tertinggi di dunia. Itu ciri khas kepemimpinan utama"

Seperti tanggapan Arsul Sani: dalam konstestasi pemilihan presiden, Indonesia mencari pemimpin terbaik, bukan mencari pendaki gunung terbaik.

Sontak jawaban tersebut mengundang tepuk tangan pemirsa, bukan hanya di studio tetapi juga bagi mereka yang menyaksikan acara tersebut di rumah. 

"Mampu menaklukkan gunung tertinggi di dunia bersama tim Kopassus-nya", adalah sebuah prestasi luar biasa, tetapi jelas bukan "ciri khas kepemimpinan utama". Itu terlalu hiperbolik dan terlalu mengada-ada.

Tidak hanya oleh pendukung Jokowi, Prabowo pun akan mengakui bahwa pernyataan tersebut terlalu berlebihan dan kurang tepat dijadikan sebagai ciri khas kepemimpinan utama, apalagi untuk kontestasi pemilihan seorang Kepala Negara?

Seperti yang dikatakan Asrul Sani, Indonesia tidak sedang mencari pemimpin pendaki gunung terbaik tetapi sedang mencari pemimpin terbaik untuk memimpin Indonesia yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun