Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Amien Rais Ngomong Lagi: Yang Penting Omongan Rakyat

10 September 2018   01:07 Diperbarui: 10 September 2018   01:10 1526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah lama tidak ngomong lagi di media, akhirnya Amien Rais Ngomong lagi terkait Partai Demokrat (PD) yang mengizinkan sebagian kadernya mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019. Sepertinya Partai Demokrat kembali lagi bermain politik 2 kaki.

Usai menghadiri acara deklarasi relawan Prabowo-Sandiaga Uno di Jalan Bangka IX, Kemang, Jakarta Selatan, Minggu (9/9/2018), Amien Rais menanggapi perihal dispensasi yang diberikan Partai Demokrat kepada kadernya di daerah untuk mendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.

"Nggak, nggak mungkin, itu nggak mungkin. Omongan gini lho yang penting rakyat. Omongan politisi, surveyor, kiai, omongan profesor botak dan tidak botak itu tidak ada gunanya. Karena ini one man one vote jadi yang menentukan presiden itu bukan omongan-omongan seperti itu tapi rakyat Indonesia. Saya yakin rakyat Indonesia sudah sampai pada kesimpulan ganti presiden", turut Amien Rais (detiknews.com, 9/92018).

Bukan Amien Rais namanya kalau tidak memberikan pernyataan-pernyataan yang membingungkan. Simak saja kata-kata dalam pernyataan tersebut, kecuali Anda pengagum Amien Rais, pasti Anda akan sulit mencerna dan memahaminya.

Mari kita coba menyimak bagian perbagian! "Nggak, nggak mungkin, itu nggak mungkin. Omongan gini lho yang penting rakyat". Maksud Amien mungkin yang menentukan presiden itu adalah rakyat, bukan tokoh politik atau kader-kader partai politik saja. Dalam hal ini saya sangat setuju. Yang menentukan adalah rakyat, bukan politisi atau profesor macam Amien.

"Omongan politisi, surveyor, kiai, omongan profesor botak dan tidak botak itu tidak ada gunanya". Mengartikan kata-kata ini saya mulai bingung. Sebegitu parahnyakah penilaian seorang Amien Rais terhadap "politisi, surveyor, kiai, profesor botak dan tidak botak" sehingga tidak ada gunanya omongan mereka?

"Politisi, surveyor, kiai, profesor botak dan tidak botak" yang mana yang dia maksud? Apakah dirinya sendiri atau orang lain? Ataukah keseluruhan atau terbatas untuk politisi dan kader Partai Demokrat saja?

Amien Rais kan seorang politisi, profesor yang tidak botak dan setahu saya juga seorang ahli agama. Apakah omongan Amien Rais tidak ada gunanya? Barang kali hal itu yang mau dia tegaskan. Bahwa omongannya tidak perlu didengarkan karena tidak ada gunanya. Anggap saja angin lalu.

Jika kata-kata Amien Rais ditujukan kepada orang lain, untuk apa partai-partai membentuk koalisi lalu dengan susah payah membentuk tim sukses, memilih ketua dan juru bicara untuk pemenangan Capres-Cawapres mereka? Bukankah di dalamnya adalah politisi, profesor botak dan yang tidak botak, Kiai, dsb?

"Karena ini "one man one vote" jadi yang menentukan presiden itu bukan omongan-omongan seperti itu tapi rakyat Indonesia. Saya yakin rakyat Indonesia sudah sampai pada kesimpulan ganti presiden"

Sangat setuju, "one man one vote" dan yang menentukan adalah rakyat, tetapi mengapa Amien Rais dengan yakin langsung menyimpulkan keinginan rakyat Indonesia untuk ganti presiden? Jika ada sebagian kecil, itu pasti. Tetapi jika keseluruhan atau mayoritas? Saya kurang yakin, seharusnya Amien Rais tidak takabur dalam membuat kesimpulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun