(Dokumentasi : merdeka.com)
Aksi Presiden Jokowi mengendarai moge saat Pembukaan Asian Games 2018 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, menuai banyak pro dan kontra. Dan aksi tersebut pun menjadi trending.
Tidak sedikit yang memuji dan berdecak kagum melihat aksi tersebut dan mengatakan adegan Jokowi ketika mengendarai Yamaha FZ1, mirip dengan aksi Tom Cruise dalam film Mission Impossible.
Tetapi tak sedikit pula pihak yang mempermasalahkan dan menganggap aksi tersebut lebay, mencuri start kampanye dan merupakan bentuk pencitraan untuk menarik perhatian pengguna hak pilih milenial menjelang Pilpres 2019.Â
Beberapa orang juga "nyinyir" atas aksi tersebut, diantaranya: Waketum Partai Gerindra Fadli Zon, aktivis Ratna Sarumpaet dan Kepala Divisi Humas dan Advokasi Hukum DPP Partai Demokrat, Ferdinand Hutahean.
Fadli Zon membandingkannya dengan aksi Joni Gala ketika memanjat tiang bendera jauh lebih heroik ketimbang aksi Jokowi. Sementara Ferdinand Hutahean mengatakan "Terlalu mbohongnya", sedangkan Ratna Sarumpaet mengaitkannya dengan gempa Lombok.
Mengapa hal yang demikian pun harus dipermasalahkan di negeri ini dan langsung dicap sebagai bentuk pencitraan dan mencuri start kampanye? Tidak adakah hal lain yang lebih menarik untuk disuarakan para oposisi?
Apakah karena bukan Prabowo yang tampil menunggang kuda pada momen yang sangat menyita perhatian masyarakat Asia pada acara pembukaan tersebut?
Romy mengatakan, terkadang kebencian kepada satu tokoh membuat orang tidak dapat berfikir objektif. Romy menganggap banyak orang tak suka dengan Jokowi karena berbagai prestasi dan keberhasilan pemerintahan saat ini. (Kumparan.com 19/8/2018)
Dan jika Anda bertanya, "Mengapa bukan Prabowo yang mengendarai moge pada acara pembukaan tersebut?" Jawabannya simpel: "Karena presidennya bukan Prabowo".
"Mengapa bukan Fadli Zon?" Jawabannya juga sama: "Karena yang presiden itu Jokowi, bukan Fadli Zon"
