Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Makna Kekinian "Horbo Mardugu, Bojak Akka Lisat"

16 Agustus 2018   15:45 Diperbarui: 16 Agustus 2018   15:47 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber photo : Tempo.co)

Di tahun politik yang semakin memanas seperti sekarang ini, sepertinya peribahasa Batak: "Horbo mardugu, bojak akka lisat", sangat menarik untuk dimaknai, untuk dijadikan sebagai pembelajaran hidup agar tidak mati terinjak-injak.

Dalam terjemahan bahasa Batak ke bahasa Indonesia: Horbo = kerbau; mardugu = beradu/adu jotos/berkelahi; bojak = katak/kodok; akka = para/segenap; lisat = penyek/terhimpit/pipih karena terinjak. 

Sehingga peribahasa "Horbo mardugu, bojak akka lisat", dapat diterjemahkan menjadi: "Kerbau (yang) beradu (berkelahi), (tetapi) (justru) (para) katak yang (pada) penyek/terhimpit (menjadi korban)".

Seperti kita ketahui sebagaimana biasanya setelah panen selesai, kerbau di lepas di sawah dengan bebas untuk memakan sagak ni eme. Yaitu tunas-tunas padi yang baru tumbuh dari pohon padi sisa sabitan . 

Dan secara alami, para katak pun hidup berkeliaran di tengah-tengah sawah, meloncat ke sana kemari mencari makanan untuk dirinya sendiri dan mungkin juga untuk anak dan istrinya, sambil sesekali menghindarkan diri dari sergapan ular-ular yang siap memangsanya.

Tidak ada masalah antara katak dan kerbau. Mereka akur-akur saja dan tidak saling mengganggu. Hingga suatu saat ketika dua ekor horbo tunggal (kerbau jantan), mardugu (adu jotos) memperebutkan daerah kekuasaan atau bisa juga memperebutkan kerbau betina untuk dikawini.

Masalahnya adalah ketika katak seakan-akan tidak mempunyai naluri atau inisiatif untuk lari menjauh dari tempat kejadian perkara (TKP). Ketika itulah banyak katak menjadi korban, penyek atau pipih karena terinjak oleh horbo yang sedang mardugu. Ada yang matanya dan isi perutnya keluar bahkan ada juga hilang tak berbekas, terkubur ke dalam lumpur.

Pertanyaannya adalah mengapa katak tidak menjauh? Benarkah katak-katak itu tidak mempunyai naluri atau insiatif untuk lari menjauh menyelamatkan diri?

Dulu orang berpikir "ya". Katak dianggap sebagai makhluk bodoh yang tidak mempunyai naluri. Sehingga makna dari peribahasa: "Horbo mardugu, bojak akka lisat" inipun menjadi: 'apabila pemimpin tidak akur dan selalu "gontok-gontokan" maka rakyatlah yang menjadi korban'.

Tetapi pada masa kekinian, ada pergeseran makna. Sebenarnya katak bukan tanpa naluri untuk menyelamatkan diri. Tetapi kemungkinan besar justru katak-katak itu secara langsung telah terlibat dalam dukung-mendukung kerbau yang dijagokannya.

Katak-katak itu sudah terbelah menjadi dua kubu, masing-masing mendukung pilihannya. Sebelum pertarungan dimulai, suasana diantara para katak sudah memanas bahkan jauh lebih panas dari pada kedua kerbau yang akan bertarung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun