Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Keburu Dipetik Amien Rais, Koalisi Keumatan Layu Sebelum Berkembang

23 Juli 2018   18:47 Diperbarui: 23 Juli 2018   19:33 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Koalisi Keumatan...!" Kira-kira demikianlah inti dari pesan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab tatkala bertemu dengan Ketua Umum sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto beserta Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais di Arab Saudi.

Habib Rizieq menekankan kepada Prabowo dan Amien Rais, setibanya mereka di tanah air agar segera mempercepat deklarasi koalisi keumatan yang terdiri dari empat partai, yaitu Gerindra, PKS, PAN, dan PBB, agar suara umat tersatukan. Dan Koalisi Keumatan juga membuka diri kepada partai politik lain yang beraliran Islam seperti PKB dan PPP untuk bergabung. Semuanya demi kekuatan yang lebih besar.

Banyak pengamat memprediksi bahwa Koalisi Keumatan akan bermetomorfosa menjadi sebuah kekuatan besar yang menyatukan energi partai politik yang beraliran Islam dan digadang-gadang akan mampu mengalahkan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) pendukung Jokowi yang terdiri dari PDIP, Partai Golkar, PKB, PPP, Partai Hanura dan juga PAN.

Koalisi Keumatan juga diprediksi akan membuat pendukung Jokowi dan pihak istana kejang-kejang dan panik. Sementara Koalisi Indonesia Hebat diprediksi akan terpecah sebagai efek dari aliran "tenaga dalam" yang begitu besar yang mampu memisahkan sukma dan raga.

Dan Prabowo pun menaruh harapan besar. Kesolidan Koalisi Keumatan akan memuluskan langkahnya untuk menang pada Pilpres 2019 mengalahkan petahana Jokowi yang elektabilitasnya cenderung terus menaik. Dan Prabowo pun berharap setelah deklarasi, Koalisi Keumatan akan fokus menyusun strategi dan memilih pendampingnya (cawapresnya) untuk maju di Pilpres 2019 nanti.

Tetapi apa lacur. Prediksi tetaplah tinggal prediksi. Harapan tetaplah tinggal harapan. Ibarat sebuah kuncup bunga, Koalisi Keumatan langsung layu sebelum berkembang. Semuanya berawal dan berakhir ketika Amien Rais keburu memetiknya sebelum fajar menyingsing dan meletakkannya di rembang siang.

Kemenangan Mahathir Mohammad untuk kedua-kalinya menjadi Perdana Menteri Malaysia pada usianya yang 92 tahun, telah menginspirasi Amien Rais yang merasa dirinya kembali menjadi remaja di usianya yang sudah 74 tahun. Dia mengaku cukup layak untuk diusung sebagai calon presiden oleh partainya dan tentunya untuk dipilih oleh masyarakat Indonesia. (Silahkan baca di : Selamat Datang Pak Amien Rais di Bursa Capres 2019, Aku Mendukungmu!)

Dukungan dari beberapa elit terhadap rencana Amien Rais tersebut pun membuat Koalisi Keumatan kehilangan arah dan visi misinya. Koalisi Keumatan kehilangan ruhnya. Ambisi laten Amien Rais yang menginginkan jabatan Presiden ternyata tidak pernah pupus hingga Koalisi Keumatan pun juga diperalatnya untuk memuluskan langkahnya.

Mosi ketidakpercayaan pun timbul di tubuh Koalisi Keumatan. Untuk siapa koalisi ini dibentuk? Apakah hanya untuk memfasilitasi ambisi seorang Amien Rais? Dan apakah Prabowo yang dari awal sudah final menjadi capres harus rela menjadi cawapresnya Amien Rais? Gerindra dan Prabowo pun merasa dikhianati.

Merasa tidak percaya lagi, Prabowo dan Gerindra pun wara-wiri melobi SBY dan Partai Demokrat. Berharap sebuah keajaiban terjadi, mereka mencoba menjajaki segala kemungkinan tanpa melibatkan PKS dan PAN. Sementara PKS "berteriak-teriak" menawarkan 2 orang kadernya sebagai cawapres, Prabowo dan Gerindra tidak lagi yakin akan menang.

Demikianlah akhirnya Koalisi Keumatan ibarat kuncup bunga, layu sebelum berkembang. Semuanya karena Amien Rais merasa puber dan buru-buru memetik bunga tersebut karena ambisi yang terlalu besar untuk menjadi Presiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun