Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dispersi

21 Januari 2018   01:13 Diperbarui: 21 Januari 2018   04:51 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok : dodskypict.com

Sebuah catatan petualangan dari Tanjung Uban, Bintan-Kepulauan Riau

Sebenarnya cahaya putih terdiri dari harmonisasi berbagai cahaya warna dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Lewat pembelokan atau pembiasan pada prisma, cahaya polikromatik putih akan terdispersi  menjadi warna monokromatik merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

Ini adalah suatu hari yang sangat melelahkan dari banyak hari yang pernah kujalani. Sebuah petualangan yang tidak direncanakan dan terpikirkan sebelumnya. Perasaan kesal, bodoh, konyol dan juga lucu sekaligus menantang, semua menyatu menjadi harmonisasi polikromatik putih. 

Aku menyebutnya putih karena penyertaan Tuhan selalu nyata dalam setiap konsuensi yang harus saya tempuh akibat dari kelalaian dan keputusan yang terburu-buru. Ini menjadi pengalaman berharga yang harus dipajang sebagai shortcut di monitor jika tidak ingin terulang kembali. Tetapi saya pikir tidak ada kesalahan fatal yang dapat mengakibatkan resiko serius. Mungkin hanya butiran kecil dari perjalanan hidup yang harus dilalui.

Jika Anda berkunjung ke sebuah kota untuk pertama kali, tanyakan dan pelajari keadaan kota tersebut sediteil mungkin. Mulai dari alat transportasi: rute, jadwal, jarak, lamanya perjalanan dan tentu saja tarifnya. Ini sangat penting hanya jika Anda tidak ingin terlambat dan mengalami nasib seperti saya.

Saya telah mengalami dua kali keterlambatan akibat kelalaian. Pertama ditinggalkan mobil travel yang jadwal berangkatnya pukul 00.07. Akibatnya saya harus mengalami keterlambatan yang kedua, ditinggalkan fery Tanjungpinang-Senayang yang jadwalnya sudah jelas-jelas saya hafal pukul 00.10 WIB tepat setiap harinya. 

Hanya satu kali untuk satu hari, jika terlambat, Anda harus menunggu hingga besok pagi jika ingin berkumpul bersama keluarga dengan menggunakan transportasi yang sama.

Yang paling menyedihkan adalah ketika saya harus menyaksikan petugas fery melepaskan tali dari bitt bollard, kemudian perlahan fery terpisah dari dermaga tanpa bisa dihentikan. 

Itu rasanya seperti jiwa terpisah dari raga, seperti nyawa dari jasad untuk selamanya. Saya mencoba menghubungi kapten kapal lewat handphone, tetapi sepertinya mustahil. "Maaf, waktu parkir sudah habis", jawabnya datar.

Sebenarnya jarak Tanjung Uban-Tanjungpinang dengan adanya jalan baru "semi tol" tidaklah terlalu jauh. Dengan kecepatan rata-rata 80km/jam, rute ini dapat ditempuh sekitar 1 jam perjalanan. 

Tengah malam setelah selesai rapat di lobby "Wisma Pesona" Tanjung Uban, saya menanyakan kepada resepsionis jadwal travel ke Tanjungpinang untuk esok paginya. Resepsionis menganjurkan saya bertanya langsung ke petugas travel yang jauhnya kira-kira 100 meter dari hotel tersebut. 

Disinilah kelalaian saya. mengabaikan rekomendasi tersebut yang akhirnya memaksa saya bermalam di sebuah kelong (bagan) ikan satu malam penuh. Tidur di atas laut ditemani ikan, bintang, udara malam dan tak ketinggalan hantu laut juga ikut berpesta larut dalam sukacita sedangkan aku merana....

(Bersambung...)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun