Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesan Ayah

11 Desember 2017   14:37 Diperbarui: 19 Januari 2021   23:11 1505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : quretaa.com

(Renungan Tengah Malam)

Almarhum ayah saya selalu memberi nasihat-nasihat bijak berupa pesan kepada kami anak-anaknya. 

"Ayah tidak akan selamanya ada bersama-sama dengan kalian. Suatu saat ayah akan pergi meninggalkan kalian untuk selamanya menghadap sang Khalik. Ini adalah suatu peristiwa yang sangat menyedihkan tetapi tak dapat ditolak dan itu pasti akan terjadi," kata ayah.

Salah satu fakta kehidupan yang harus dihadapi setiap orang adalah suatu saat jika waktunya telah tiba, orang-orang yang saling mengasihi akan "dipisahkan" dan "terpisahkan" oleh maut. Tak terkecuali antara seorang ayah dengan anak-anaknya. 

Maka ayah saya selalu berusaha menanamkan nasehat-nasehat bijak yang kelak diharapkan dapat berguna bagi kebaikan dalam kehidupan kami anak-anaknya.

Inilah dua dari banyak nasehat yang ayah pesankan kepada kami. Yang pertama:

Jika tidak bisa memperbaiki, paling tidak jangan merusak.

Ini berlaku terhadap apa saja. Termasuk jangan merusak apa saja yang baik. Apakah itu berupa bangunan fisik ataupun hubungan antara manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan TUHAN-nya. Intinya: "Jangan merusak yang baik".

"Berusahalah untuk memperbaiki yang rusak tetapi jika tidak bisa jangan sekali-sekali merusak yang baik," kata ayah. Kemudian pesan ini selalu saya teruskan berulang-ulang kepada anak-anak saya dan anak didik saya.

Nasihat yang kedua adalah:

Jika tidak bisa membuat orang senang, paling tidak jangan membuat orang marah.

Dalam bahasa Batak disebut: "molo soboi tarbaen ho las ni roha ni donganmu, unang ma baen jut ni rohana".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun