Mohon tunggu...
Rintar Sipahutar
Rintar Sipahutar Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika

Pengalaman mengajar mengajarkanku bahwa aku adalah murid yang masih harus banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dimanakah Sorga Itu?

7 Desember 2017   13:17 Diperbarui: 18 November 2018   18:54 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sebuah pelajaran berharga dari anak TK)

Ketika itu kehidupan keluarga kami masih sangat susah. Saya yang bekerja sebagai guru honorer di sebuah SMP Negeri, harus bersusah payah memutar otak memenuhi kebutuhan keluarga kecil kami.

Gaji saya hanya Rp.500.000,-, setelah dipotong pajak 5%, penerimaan bersih menjadi Rp.475.000,- Itulah yang harus diolah istri saya untuk memenuhi kebutuhan kami dan kedua anak kami Yizreel dan Fany. Untuk itu saya harus berusaha mencari sampingan lain seperti mengajar les dan mengerjakan apa saja yang dapat menghasilkan uang. Yang penting halal.

Kami tinggal di sebuah perumahan guru yang dindingnya terbuat dari papan berlantai semen, tanpa dapur dan tanpa plafon. Kamarnya hanya satu. Jarak rumah kami cukup jauh dari perumahan masyarakat. Di sekeliling rumah masih penuh dengan semak-semak yang cukup luas.

Listriknya saya sambungkan dari rumah lae E. Saragih. Jaraknya kira-kira 100 meter lebih. Saya memanjat pohon embacang dan menyangkutkan kabelnya disana. Beberapa kali putus akibat tiupan angin yang tidak terlalu kencang.

Ketika maghrib menjelang, nyamuk hutan datang bergerombol mencari siapa saja yang dapat diisap darahnya. Kami menutup pintu dan jendela. Tetapi nyamuk-nyamuk itu cukup pintar untuk masuk melalui bagian atas karena tidak dipasang plafon. Dan kamipun mulai berperang memukuli makhluk-makhluk bersayap itu. Terkadang obat anti nyamuk tidak cukup ampuh mengusir mereka.

Kira-kira pukul 19.00 lewat, tanpa dikomando nyamuk-nyamuk itu pergi menghilang dan berjanji besok petang mereka akan datang kembali. Sekarang giliran lipan dan kalajengking datang melawat. Sudah beberapa ekor kami bunuh tetapi nampaknya tidak habis-habis. Anehnya lipan itu selalu datang berpasang-pasangan. Dan saya pun selalu berusaha menghabisinya sebelum mereka menggigit saya dan anak istriku.

Beberapa kali lebah juga ikut bersarng di pohon kelapa dekat rumah kami. Dan ketika malam lebah-lebah itu juga datang berkunjung tanpa diundang mengerumuni lampu. Sudah berapa kali gadis kecilku Fany disengatnya. Anak pertamaku Yizreel pun juga kebagian sengatan di jarinya.

Ketika saya sedang duduk merenungi nasib yang seakan-akan tidak berubah, anak saya yang paling besar Yizreel yang waktu itu masih TK datang menghampiri saya dan bertanya: "Pa, TUHAN itu dimana?". Kemudian saya menjawab: "Ya, di sorga". Kemudian dia balik bertanya: "Sorga itu dimana?". Kemudian saya jawab seadanya: "Ya disana, di atas" sambil menunjuk ke langit.

Nampaknya dia kurang setuju dengan jawaban saya, saya balik bertanya: "Emang sorga itu dimana?". Tanpa ragu dia menjawab: "Sorga itu, ya ditempt TUHAN-lah"

Tanpa terasa air mata saya menetes. Saya menangis terharu. Sekarang saya sadar. Sorga itu adalah tempat dimana TUHAN berada. Jika saya mengundang TUHAN ke rumah saya dan DIA hadir maka rumah saya akan berubah menjadi "suasana" sorga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun