Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Kesalahan Fatal Panelis Pilkada DKI 2017

31 Januari 2017   18:23 Diperbarui: 1 Februari 2017   08:55 1705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: megapolitan.kompas.com

Pilkada DKI mulai mendekati akhirnya. Menurut laman KPU Jakarta, tersisa 14 hari menuju pemilihan gubernur pada tanggal 15 Februari 2015. Saat dimana visi, misi, program, kerja, elektabilitas, popularitas, dan kemampuan diputuskan nasibnya. Hanya yang mampu yang terpilih. Idealnya begitu.

Menuju pemilihan gubernur DKI 2017 ini, KPU telah melakukan pekerjaan yang rumit dan kompleks. Pekerjaan yang harus dilakukan dengan hati-hati. Pekerjaan yang dibayangi banyaknya pelanggaran pilkada, calon-calon yang kena kasus serta militansi para pendukung setia. Belum lagi para pemain besar di belakang layar, awalnya. Sekarang orang-orang besar itu sudah mulai ikut kampanye.

Salah satu rangkaian proses pemilihan gubernur DKI 2017 ini adalah debat publik sebanyak tiga kali. Dua kali telah dilaksanakan, yakni pada 13 dan 27 januari 2017. Hasilnya, masing-masing pengusung mengatakan jagoannya yang memenangkan perdebatan. Meskipun di luaran beritanya bisa berbeda drastis. Pengamat yang selalu dicurigai juga memberikan penilaian tersendiri. Khalayak mungkin sudah mengetahui istilah penghapal dan ahli teori dalam konteks pilkada DKI ini.

Pelaksanaan debat ini menjadi semacam instrumen untuk menunjukkan kemampuan masing-masing pasangan calon terkait perencanaan, pemaparan dan tentunya implimentasinya, jika nantinya terpilih. Tema-tema disiapkan di masing-masing debat. Harapannya, seluruh tema terkait sektor pelayanan publik di Jakarta dapat disentuh.

Untuk debat pertama, temanya adalah Pembangunan Sosial Ekonomi untuk Jakarta dengan isu ketimpangan sosial, lapangan kerja, transportasi, pendidikan dan lingkungan. Di debat kedua reformasi birokrasi, pelayanan publik, dan penataan kawasan perkotaan. Di debat ketiga masih dirahasiakan. Takut bocor.

Untuk menyiapkan tema dan isu-isu untuk debat, tokoh-tokoh ditunjuk menjadi panelis. Tidak kurang Imam Prasodjo, Siti Zuhro, Eko Prasodjo, Yayat Supriyatna dan Tulus Abadi yang berperan sebagai juru penyusun pertanyaan. Bahkan di debat kedua, Eko Prasodjo yang sebelumnya adalah wakil menteri PAN-RB dan sekarang guru besar di FISP UI, sekaligus menjadi moderator debat.

Hal yang sangat diharapkan oleh para panelis ini dalam merancang pertanyaan adalah untuk mendapatkan gambaran dari masing-masing pasangan calon tentang program-program yang dibuat sebagai translasi dari visi dan misi yang disiapkan dalam tingkatan operasional. Pada tingkatan cara melaksanakannya. Mereka menginginkan para pasangan calon gubernur DKI dapat menjelaskan secara rinci program dan implementasinya. Hal ini diperkuat dari komentar para panelis ini pasca debat. Pada intinya, mereka ingin mendapatkan gambaran rinci pada tataran teknis. Jawaban how to bukan know how. Teknis dan rinci.

Harapan para panelis ini sangat baik untuk memberikan menu yang harus dipilih. Harapan yang baik ini ternyata sekaligus sebuah kesalahan fatal.

Gagap Hal Teknis

Alah bisa karena biasa. Sebuah pepatah yang mengandung makna bahwa untuk memahami sesuatu maka harus dilakukan berulang kali. Practice makes perfect. Masih sebuah peribahasa yang mengandung makna melakukan berulang kali untuk paham dengan sempurna. Jika tidak pernah melakukan, maka bisa dipastikan tidak mengerti. Pemahamannya akan sangat rendah. Sesuatu akan dipahami dengan baik, bentuknya, rasanya, caranya hingga menjadi sesuatu yang dapat dilakukan tanpa banyak berfikir, jika dan hanya jika menjadi bagian dari keseharian.

Ibaratnya, menyetir mobil. Untuk para pemula, maka akan terjadi proses berfikir yang masif yang justru mengakibatkan mobilnya berjalan dengan perlahan. Tetapi, jika dilakukan sesering mungkin, maka menyertir akan masuk ke sistem bawah sadar. Seorang sopir bisa menyetir mobil sambil melakukan pekerjaan lainnya, walaupun tetap tidak berlebihan seperti mengendarai sambil main-main handphone.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun