Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Takengon, Mutiara di Ujung Sumatera yang Belum Terjamah

21 April 2017   22:38 Diperbarui: 22 April 2017   13:00 3340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Danau Laut Tawar menyajikan keindahan yang luar biasa. Alam yang masih 'mentah' menjanjikan petualangan yang berbeda. Sumber: Rinsan Tobing

Akan tetapi kelihatan, potensi ekonomi berupa wisata belum diramu. Banyaknya kunjungan ke suatu tempat tidak terlepas dari cara pengemasaannya. Banyak tempat yang sebenarnya sedikit atau bahkan tidak memiliki potensi, tetapi dengan cara yang tepat untuk berpromosi, banyak juga wisatawan datang.

Sebut saja Bandung dan Yogyakarta yang banyak dikunjungi wisatawan. Cerita dan tempatnya diramu sedemikian rupa sehingga menarik. Dengan menargetkan wisatawannya, maka diciptakanlah bentuk-bentuk dan benda-benda tambahan yang menarik.  

Bukit-bukit yang mengelilingi Takengon dan Danau Laut Tawar tentunya bisa diciptakan menjadi lokasi wisata yang menarik. Mendaki bukit di Takengon bisa menjadi satu pilihan wisata. Sangat banyak titik-titik yang bisa didatangi untuk menikmati keindahan danau dan kota ini dari ketinggian. Tempat-tempat berkemah bisa diciptakan. Jalur-jalur tracking bisa diciptakan. Kebun-kebun bisa dibentuk. Cerita bisa dirangkai.

Kota Takengon dan Danau Laut Tawar dari ketinggian Panten Terong di ketinggian 1.700 meter dari permukaan laut. Foto: Rinsan Tobing
Kota Takengon dan Danau Laut Tawar dari ketinggian Panten Terong di ketinggian 1.700 meter dari permukaan laut. Foto: Rinsan Tobing
Salah satu yang sudah terbangun adalah bukit Panten Terong. Bukit dengan ketinggian hampir 1.700 meter di atas permukaan laut memberikan pemandangan lepas ke Kota Takengon dan Danau Laut Tawar. Tempat yang dulunya adalah pos militer semasa konflik, telah diubah menjadi tempat memandang.

Dari fasilitas yang tersedia, belum banyak yang berkunjung. Sementara jalan menuju Panten Terong sudah beraspal mulus. Tetap saja, masyarakat masih enggan datang. Mungkin karena selain melihat pemandangn kota Takengon dan Danau Laut Tawar, tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Perlu diberikan sentuhan. Permaian-permainan luar ruang pasti menarik minat masyarakat.

Masih dari ketinggian Panten Terong, di sisi sebelah kanan kelihatan daerah Bener Meriah, yang dibatasi bukit dengan Takengon. Lembah hijau membentang memanjakan mata. Sejauh mata memandang, yang tersaji adalah keindahan alam yang menunggu untuk dieksplorasi.

Atraksi lain yang dapat dinikmati wisawatan di Takengon adalah pacuan kuda. Pacuan kuda yang mirip dengan pacuan jawi di Padang. Jokinya anak-anak kecil berusia sekolah dasar dengan kuda lokal. Pertandingan di laksanakan dua kali setahun. Pelaksanaan pacuan kuda dilakukan untuk memperingati ulang tahun Kota Takengon yang jatuh di setiap bulan Februari. Setiap perayaan hari kemerdekaan, pacuan kuda ini juga menjadi atraksi yang dinanti-nanti pengunjung. Dua bulan itu menjadi waktu yang banyak dikunjungi masyarakat.

Menikmati daerah wisata tentunya tidak lengkap jika tidak ada makanan yang lezat. Makanya yang tersedia memang tidak beragam. Makanan lokal, sama saja dengan makanan pada umumnya dengan olahan makanan bercampur santan. Sesuatu yang lazim di Sumatera. Tetapi menikmati ikan bakar di tepi Danau Laut Tawar menyemaikan sensasi tersendiri. Ikan bakar dan goreng serta nasi yang hangat, menjamin nikmatnya makan sembari angin dari danau membelai tubuh. Ikan yang dibudidayakan di keramba, rasanya lezat dan tidak berbau lumpur.

Ibu Lena, salah satu pemilik warung menceritakan, bahwa kunjungan wisatawan ramai di akhir pekan saja. Di hari-hari biasa, kunjungan ke warungnya hanya dari pegawai kantor yang ada di kota Takengon. Tetapi, melihat hanya ada dua warung makan dengan sajian ikan bakar itu, tampaknya tidak banyak yang datang, bahkan di akhir pekan sekalipun.

Kopi Gayo dan Keindahan

Keindahan yang ditawarkan ketinggian Takengon dan Danau Laut Tawar menjadi semakin sempurna dengan kopi Gayo. Daerah dataran tinggi Gayo memang sangat terkenal dengan kopinya. Coba rasakan segelas kopi Arabika ekspresso di sebuah ketinggian sambil memandang permukaan danau yang tenang. Sementara di ujung sana kerlap-kerlip lampu-lampu tampak dari rumah-rumah di pinggiran danau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun