Mohon tunggu...
Taufik Rohmatul Insan
Taufik Rohmatul Insan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca (walau jarang) Novel, Cerpen, Puisi dan Esai Politik, Hukum, sejarah dan Kebudayaan

Setiap Detik Adalah Kisah Kehidupan. Setiap Manusia Adalah Aktornya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Minggu

20 Juni 2021   07:10 Diperbarui: 20 Juni 2021   07:22 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada yang istimewa di ruang kumuh itu. Hanya ada kipas angin yang beroperasi 24-jam yang memecah sunyi dalam kesendirian yang mencekam. Genangan air mineral yang membulat dipunggung lantai keramik, ranum terlihat, setelah menjadi korban tendangan lelaki penidur.

Lelaki itu seperti tidak tau, apa, bagaimana, mengapa dan seterusnya dengan dunia luar. Sejak ia diputus cinta oleh sesosok wanita yang menurutnya, seperti ditusuk belati panas dari neraka. Gelap menjadi tahtanya dan terbaring adalah bijaknya. Begitupun goyangan kipas angin yang menjadi kawan sepersunyianya. Kemudian, kipas itu pula yang menarik kehidupan dari jasad rapuhnya.

Hari telah menjelma minggu. Tidak ada bosannya berganti-ganti nama. Sinar mentari pagi, menembus gorden berwarna biru lautan yang pendek dan panjangnya tidak karuan. 

Terang menggantikan kehadiran. Ruang sunyi sepi, berwajah suram, sesuram kehidupan si lelaki. Penuh bau menyengat, berserakan pakaian kotor, puntung-puntung rokok, perceraian gelas pelastik dengan airnya dan genangan air disamping kasur tipis berwarna antara hitam dan cokelat.

Tepat di pagi minggu pukul sekian, si lelaki rapuh itu tersadarkan akan wujud dan masa depannya. Setelah pertemuannya di danau kecil, disamping kasur tipisnya, dengan kipas angin yang jatuh tertendang dan mengeluarkan energi positif, pada ibu jari yang merusak indahnya genangan di tengah ruangan.

Tidak ada yang istimewa dari ruang kecil nan kumuh itu. Hanya ada sesosok lelaki yang termotivasi oleh sengatan dari kipas listrik yang menggeleng-geleng seakan tidak tahu andilnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun