Mohon tunggu...
Taufik Rohmatul Insan
Taufik Rohmatul Insan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca (walau jarang) Novel, Cerpen, Puisi dan Esai Politik, Hukum, sejarah dan Kebudayaan

Setiap Detik Adalah Kisah Kehidupan. Setiap Manusia Adalah Aktornya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sejarah Darah

1 Mei 2021   06:53 Diperbarui: 1 Mei 2021   06:59 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://t.co/mYONZJgQvy https://t.co/wewLaDBCBC

Untuk kesekian kalinya

Kami rakyat tidak tau harus berkata apa

Bergantung pada puji pujian saja

Hanya akan membuat kami semakin mati dibuatnya

Kekacauan berserakan dimana-mana
Bagai debu yang bertebaran di depan mata
Kini tangan penguasa entah berjabat tangan dengan siapa
Tanah kami dirampasnya
Udara kami diracuni aneka polusi
Air kami dihitamkan limbah-limbah tak karuan
Dan Keringat kami diperas tanpa Imbalan pas

Kami rakyat tidak tau harus mengadu pada siapa
Lihatlah Jogja
Tanahnya di sanjung
Tetapi rakyatnya dikungkung
Lihatlah Papua
Tanahnya di agungkan
Tetapi rakyatnya dicampakan

Sungguh sejarah kami sejarah darah
Saat ini kami memiliki tekad dan kawan perjuangan
Tetapi itupun dirampasnya
Tidak ada yang membawa surga kepada kami
Yang kami terima selalu neraka dan air mata

Untuk kesekian kalinya
Perjuangan tetap berdiri tegak menantang
Selamat Hari Buruh Se-Dunia
Kawan-kawan para pejuang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun