Dengan keberadaan ibu, rumah kami menjadi pusat perhatian dan kasih sayang. Di saat lebaran seperti sekarang saat sibuk mudik, kami justru mendapat kunjungan pemudik.Â
Adik yang berada di seantero Aceh, di pulau Jawa dan seorang yang sedang bermukim di Jerman berkesempatan untuk "pulang" ke rumah. Dan selama kunjungan mereka, seluruh kamar "terpesan" penuh layaknya hotel yang sedang berada dalam situasi libur akhir tahun di sebuah tempat wisata paling favorit.
Jauh-jauh hari beberapa adik sudah "memesan" bahkan disertai "sogokan" menyediakan kue lebaran, bersedekah hidangan hari raya, hingga mengirimkan sedikit dana untuk renovasi kamar atau sekedar cat baru.
Apalagi jika saya bilang AC ngadat, dengan segera akan dikirim dana service AC, semua keseruan itu menjadi bagian dari kehangatan saat keluarga berkumpul bersilaturahim saat lebaran.Â
Tapi yang sering terjadi justru kami tidur beramai-ramai di ruang tengah, berhimpitan. Bercerita panjang lebar bergantian tidak henti-henti sampai satu persatu jatuh bertumbangan karena mengantuk dan terlelap tanpa sadar.
Sementara di halaman belakang sejak sore, bakaran sate made in rumahan asapnya sudah menyesak hingga ke dalam rumah. Bergantian masing-masing orang menjenguk ke tempat pembakaran sate, iseng menjahili dengan mengambil satu persatu dan sebelum semua sate matang habis, persediaan sudah habis total.
Anak-anak ditemani paman dan bibinya sibuk dengan kembang api, karena petasan sejak lama tak lagi kami perkenankan di rumah, selain mengganggu kenyamanan juga kuatir membahayakan anak-anak.
Jika berkesempatan mengikuti perayaan pawai takbir keliling kami akan membawa rombongan kesana sebelum akhirnya pulang menikmati ""kenduri" kecil di rumah.
Mudik Belakangan
Setelah genap sehari semalam di rumah induk bertemu dengan ibu, nenek barulah kami putuskan untuk mengunjungi rumah adik yang terletak di kampung yang paling dekat dari rumah, namun selama hari raya menjadi tempat yang paling seru karena suasana kampungnya yang masih kental.