Kondisi ekonomi yang tidak bersahabat sekarang ini mau tidak mau mengharuskan kita, termasuk kami para guru juga berpikir dua kali dalam merencanakan keuangannya untuk mengatur pengeluaran Anggaran Belanja Rumah Tangga (ABRT), sekalipun kini uangnya sedikit "berlebih" di banding era Oemar Bakrie.
Apalagi saat ramadan sekarang ini, bahkan ditempat saya sebelum ramadan harga sembako perlahan sudah merangkak naik, dimulai dari telur, tepung, kentang, cabe, daging. Apalagi saat masuk dua hari jelang ramadan ada tradisi Makmeugang-membeli daging persiapan ramadan. Akibatnya harganya naik tidak tertahankan, dan kita mau tidak mau membelinya. Meski pasar terlihat ramai tapi pembeli melakukan transaksi dengan hati-hati. Jika biasanya berbelanja untuk stok bulanan, kini memilih berbelanja sesuai kebutuhan dan menyimpan dana untuk alokasi lain jika nanti dibutuhkan.
Kata pedagang memang begitulah adanya, sebelum ramadan harga sudah naik, apalagi nanti menjelang lebaran. Inspeksi mendadak atau kontrol pemerintah rasanya seperti tidak ada artinya. Pedagang juga mengeluhkan kurangnya belanjaan dari pembelinya dibanding waktu-waktu normal sebelum ramadan.
Tetangga yang berdagang kue lebaran langsung berbelanja stok sebelum harga merangkak naik lagi. Sedangkan kami para guru memilih sikap pragmatis saja. Kapan ada kebutuhan langsung berbelanja sesuai keperluan, tidak harus melakukan stok barang. Alokasi anggarannya yang dihitung lebih cermat.
Meskipun katakanlah stok barang di pasar untuk ramadan dan lebaran cukup, namun kemampuan berbelanja-atau daya beli (purchasing power) masyarakat secara agregat rendah, apalagi jika harga-harga barang terus merangkak naik. Tidak lagi mengikuti aturan permintaan-penawaran (demand-supply).
Teman-teman sesama guru bermacam cara menyikapinya, mulai dari berhemat hingga berbisnis online.Â
Sebuah cara sederhana dalam mengelola keuangan secara baik yang sebenarnya harus dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga atau guru seperti kami. Terutama ketika harga tidak lagi bersahabat sementara dapur tidak hanya harus berasap tapi juga menyajikan makanan cukup gizi setiap harinya.
Memainkan Frugal Living atau YONO Biar Sehat dan Aman Finansial?
Dalam situasi seperti sekarang ini mau tidak mau seorang konsumen harus bertindak bijak dan cerdas dalam mengelola keuangannya agar tidak kedodoran dalam pengeluarannya.
Artinya pengeluaran bisa habis untuk operasional rumah, sedangkan tabungan, asuransi, dana cadangan seperti untuk kesehatan atau healing bisa tidak ter-cover lagi.
Lagi-lagi kita harus menerapkan pola hidup mengikut trend yang positif bisa mendukung perencanaan keuangan yang baik. Bagaimanapun para guru harus mengasah trik cerdas frugal living agar tetap realistis dengan pendapatan dan pekerjaan mereka.
Mungkin akan terasa membosankan ketika kita harus bicara lagi soal bagaimana menyusun anggaran yang realistis dan terukur. Tapi karena ini sudah menjadi kebutuhan krusial mau tidak mau ya harus dilakukan.
Tapi realitasnya memang mengharuskan kita lebih jeli berbelanja daripada melakukan stok dalam jumlah besar yang mau tidak mau menggerus stok cadangan Anggaran Belanja Rumah Tangga (ABRT) yang ada.
Bagaimanapun menata anggaran adalah dasar dari frugal living yang baik. Seorang guru perlu mengidentifikasi dengan jelas pemasukan dan pengeluaran bulanan mereka. Membuat anggaran yang realistis dan terukur memungkinkan guru untuk mengalokasikan dana dengan bijaksana, menghindari kelebihan pengeluaran, dan menyisihkan sebagian gaji untuk tabungan atau investasi.