Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat, Pemenang Lomba Artikel Aviasi Kompasiana 2025, Pemenang Artikel Kolaborasi Bersama Pakar-Kompasiana 2025, Pemenang--Artikel Terpilih, Mudik Bareng KAI-Kompasiana. 2025.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ketidakseimbangan Self-Growth, Fokus Spiritual, Lupa Emosional dan Mental

7 Maret 2025   09:49 Diperbarui: 7 Maret 2025   16:12 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berpuasa menyeimbangkan aktifitas ibadah, jangan lupa emosional dan mental | Pexels/Keira Burton

Hampir sebagian besar orang berkeyakinan bahwa ramadan adalah bulan perbaikan diri---momen untuk meningkatkan ibadah, memperbanyak amal, dan memperbaiki hubungan dengan Tuhan. Namun, ada satu aspek penting yang sering terabaikan dalam perjalanan self-growth selama Ramadan, kesehatan emosional dan mental.

Apa yang harus kita diskusikan dan kritisi dari hal tersebut? Banyak dari kita selama ramadan begitu fokus pada aspek spiritual---khatam Al-Qur'an berkali-kali, memperbanyak salat sunnah, atau mengikuti berbagai kajian---hingga lupa bahwa esensi Ramadan tidak hanya tentang ibadah formal, tetapi juga pengendalian diri dalam aspek emosional.

Maksudnya bahwa, menahan lapar dan haus mungkin bisa dilakukan dengan mudah, apalagi bagi yang muda-muda dengan stamina yang sangat prima. Namun, bagaimana dengan menahan amarah, mengendalikan ego, atau mengelola emosi negatif? Padahal, inilah bagian paling fundamental dari pertumbuhan diri yang sejati.

Sejatinya puasa memang bukan hanya tentang lapar, tapi juga kendali diri.

beribadah selama ramadan-kompas.com
beribadah selama ramadan-kompas.com

Dalam banyak hadits, Rasulullah SAW mengingatkan bahwa puasa bukan sekadar menahan makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak baik.

"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari)

Artinya bahwa ketika seseorang bisa saja berpuasa secara fisik, tetapi jika ia masih mudah marah, bergosip, atau bersikap kasar, maka esensi puasanya menjadi kurang bermakna. Meskipun banyak orang menyadari hal ini, namun dalam praktiknya sering melanggarnya. "eh, sedang puasa ngak boleh bergosip nanti batal," begitu candaan yang sering dilakukan saat sedang bergosip saat ramadan.

Ironisnya, di bulan Ramadan, kita justru sering melihat peningkatan emosi negatif. Mulai dari orang-orang yang mudah tersulut amarah karena kelelahan, pengendara yang lebih agresif di jalan menjelang berbuka, hingga ketidaksabaran dalam antrean makanan atau saat berbelanja kebutuhan Ramadan. Tentu saja karena kondisi tubuh sedang menahan lapar, terkena dehidrasi apalagi dalam cuaca panas di jalanan.

Jika kita masih membiarkan emosi negatif menguasai diri selama Ramadan, apakah kita benar-benar sedang bertumbuh? Ataukah kita hanya mengganti bentuk kepuasan---dari kepuasan makan menjadi kepuasan melampiaskan ego dengan cara lain?

beribadah selama ramadan-kompas.id
beribadah selama ramadan-kompas.id

Mengapa Kesehatan Emosional Sering Diabaikan?

Banyak orang menganggap self-growth di Ramadan hanya berarti lebih banyak ibadah, lebih banyak amal, lebih banyak doa. Padahal, self-growth yang seimbang juga melibatkan refleksi diri terhadap emosi dan kebiasaan buruk yang mungkin masih kita pertahankan. Fokus berlebihan pada ibadah ritual, bukannya buruk namun harus benar-benar disadari dengan dimbangi dengan "ibadah" lain terkait bagaimana menjaga mentalitas agar juga tetap sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun