Dua orang teman berbisnis. Keduanya memiliki modal yang terbatas, dan keduanya memilih produk viral, dan berspekulasi. Trial and error. Keduanya menggunakan dua cara yang berbeda.
Teman satunya memilih menyewa sebuah tempat berjualan yang strategis, dan untuk itu konsekuensinya ia harus mengeluarkan modal sedikit lebih banyak.
Ia juga butuh ekstra waktu untuk menjaga kedai, memproduksi dan berbelanja setiap harinya, karena ia berharap pada para pembeli reguler yang datang ke tokonya.
Teman saya yang satunya memilih memulai usahanya dari rumah, memproduksi barang dan melakukan penjualan dengan dua sistem, online dan offline dimulai dari para tetangga dan teman melalui WhatsApp dan instagram. Ia melakukannya diantara senggang waktu menjaga anak-anaknya.
Teman saya meyakini dengan cara itu ia tidak perlu "membuang" uang di awal hanya untuk tempat tapi memfokuskan pada ketersediaan modal untuk bahan, produksi dan cadangan. Cadangan yang dimaksud, jika produk tidak terserap pasar, kerugian tahap awal masih bisa ditutupi dengan cadangan modal yang ada. Sehingga kerugian tidak langsung membuat modalnya habis dan usahanya tutup.
Namun ia juga menerapkan cara yang lebih cerdik, dengan memproduksi secara terbatas, atau berdasarkan pesanan yang masuk. Selanjutnya ia terus melakukan promo. Berbisnis secara sabar namun pasti karena disertai promo yang tidak berhenti.
Pengalaman cerdik lain yang bisa menjadi pembelajaran adalah pengalaman ibu seorang teman. Putrinya memutuskan berbisnis sampingan di luar pekerjaannya sebagai seorang guru honorer dengan berjualan kue basah sejenis bakwan yang dititip di kedai-kedai dan di sekolah setiap harinya.Â
Tidak setiap harinya produknya habis, sehingga selalu ada residu yang dibawanya pulang. Suatu hari sepulang sekolah, dilihatnya snack di atas meja, semacam stik kering berbumbu balado.
Ketika ia tanyakan kepada ibunya, ternyata residu bakwan yang tidak terjual, oleh ibunya dipotong menjadi potongan kecil menyerupai stik, dijemur lalu diproses masak ulang dengan cara dua kali penggorengan. Hasilnya mirip dengan basreng-baso goreng. Sehingga kemudian tercetuslah ide bisnis baru dari residu tersebut.
Seiring berjalannya waktu, usaha teman pertama tutup, karena banyak faktor. Selain pesaing, kondisi kampus yang bergantung pada mahasiswa juga riskan---saat libur semester---pasar menyusut drastis. Produk dengan mutu bagus dan promo gencar tak sepenuhnya bisa berjalan baik. Cadangan modal tergerus karena telah" terbuang" di awal untuk membayar sewa toko yang lumayan menguras modal.
Dua Pembelajaran Bisnis dan Hidup
Dari dua pengalaman itu saya ingin berbagi dua pembelajaran. Tentang bisnis dan tentang hidup keseharian kita.