Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mi Instan, Sajian Gampang Rasa Tidak Pernah Cemplang

13 Agustus 2022   19:29 Diperbarui: 13 Agustus 2022   22:40 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: MaxPixel

Mi instan pantas disayang

Penyajiannya gampang, tinggal cemplung

Rasanya enak, tidak pernah cemplang

Kalau harganya naik, tujuh keliling rakyat bingung

Sejak zaman dahulu, banyak orang  menyukai mi. Dari orang tua hingga anak-anak menyukai mi. Dari orang berada hingga orang yang kurang mampu banyak yang menyukai mi. 

Hal ini membuat banyak juga yang membuat mi dan menjualnya kepada mereka yang menyukai mi. Cara menjajakan beraneka ragam, di restoran, kedai, warung hingga penjaja keliling.

Cara penyajiannya  juga beraneka ragam, merebus, menggoreng sambil memberi campuran aneka potongan bahan hewani dan nabati. Bahan mi sendiri yang mengandung karbohidrat, menyebabkan aneka penganan mi sangat lengkap.

  • Mi mengandung karbohidrat

  • Potongan bahan hewani mengandung protein dan vitamin.

  • Potongan bahan nabati mengandung serat dan vitamin juga.

Begitu lengkap penganan mi inilah yang menyebabkan banyak pula yang ingin menyimpan dan mengolah mi dengan mudah.  Pada perkembangan awal ada jenis masakan di Tiongkok, namanya I Fu Mi, yang pada dasarnya  pembuatannya dengan cara mengukus mi, menggoreng  lalu mengeringkan.  Tetapi masih harus memasak bumbu,  serta potongan bahan hewani dan nabatinya. 

Selanjutnya orang ingin lebih memudahkan dengan cara mengawetkan bumbu-bumbunya, nantinya hanya merebus atau merendam dengan air mendidih. Bahkan akhir-akhir bisa menemukan cara mengawetkan potongan bahan hewani dan nabatinya. Hati-hati! Apakah setelah mengawetkan bahan hewani dan nabatinya,  kandungan gizinya masih ada? Inilah awal mula adanya mi instan.

  • Masa Perang Dunia II, krisis pangan melanda Jepang. Momofuku Ando seorang warga Taiwan yang tinggal di Jepang membuat mi dari gandum. Saat itu Jepang mendapat bantuan gandum dari Amerika. Ando memasarkan mi instan gandum "Chikin Ramen" malalui perusahaan Nissin miliknya.

  • Pada tahun 1971 Nissin memproduksi Cup Noodles, mi instan dengan mangkok tahan panas. Cara mengonsumsi hanya tinggal menyiramkan air mendidih. Kemudahan ini yang membuatnya semakin banyak penggemar. 

  • Tahun 1997 mi instan mendunia.

Di Indonesia dengan adanya UU Penanaman Modal Asing No.1/1997, perusahaan Jepang Sankyo Shokuhin KK berkeinginan membangun pabrik mi instan di Indonesia. Perkembangannya memicu perusahaan-perusahaan lain mengikutinya.

  • Tahun 1969 PT Lima Satu Sankyo Industri Pangan membangun pabrik mi instan pertama di Indonesia dengan merek supermi.

  • Tahun 1972 Djajadi Djaja dan kawan-kawan membangun Indomie.

  • Tahun 1982 Salim grup membangun sarimi.

Dari ketiganya, Indomie seakan berhasil menjadi merek dagang mi instan. Apapun mereknya, hampir semua orang mengatakan mi instan itu indomie. 

Pada tahun 2009,  ketiganya merger dibawah Indofood CBP Sukses Makmur yang produk mi instan pertamanya adalah supemi-indomie -sarimi. Masa-masa selanjutnya, dari tahun ke tahun penjualan mi instan terus meningkat. 

Cara memasak yang mudah, rasa yang stabil enak dan harga murah membuat mi instan banyak  penggemarnya. Bukan itu saja, pemasaran yang bisa menjangkau seluruh Indonesia membuat mi instan semakin banyak penggemar. 

Saat anakku menjalani PTT di kecamatan Long Hubung, Kalimantan Timur, yang merupakan sebuah daerah yang belum ada jaringan listrik dari PLN, tetapi untuk mendapatkan  indomie sangat mudah. Tak ada yang bisa menghalangi, semakin dan semakin banyak lagi penggemar mi instan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun