Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Mendirikan Panti Jompo, Apakah Hanya Impian Belaka?

5 November 2021   23:22 Diperbarui: 7 November 2021   00:55 1800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kegiatan para lansia. (sumber: thinkstockphoto via kompas.com)

Kadang saat kami main ke rumah tersebut. Ibunya bercerita, yang dalam pandangan kami dengan nada sedih. Tentang rumah Surabaya dan liku-liku perjalanan hingga tinggal di rumah anaknya di Jakarta.

Ada cerita lain, tentang teman yang juga meminta ibunya yang juga sudah tinggal sendiri, untuk menjual rumahnya yang di Blok M Jakarta. Dan sekarang ibunya berpindah-pindah dari rumah anak yang satu ke anak yang lain. Dan tampak rumah anak-anaknya satu persatu menjadi lebih bagus. 

Hampir di semua rumah anak-anaknya ada paviliun tambahan untuk ibu. Di Bekasi, Cibubur dan satu diantaranya di Bandung, tempat tinggal teman suami. Aku sebut namanya dengan Bobi, bukan nama sebenarnya.

Ada juga seorang ibu yang teman aku, aku sebut namanya bu Anto yang bukan nama sebenarnya juga. Tadinya bu Anto tampak bahagia, dengan rumah yang sangat indah dan besar. Di komplek tempat aku tinggal, yang juga merupakan komplek tempat anaknya beserta keluarga tinggal. 

Berbeda dengan ibunya Sultan dan Bobi, bu Anto masih bersama suaminya. Dan suaminya yang dipanggil dengan pak Anto sudah pensiun entah dari mana di Surabaya. 

Mendirikan Panti Jompo (ilustrasi pribadi)
Mendirikan Panti Jompo (ilustrasi pribadi)

Pak Anto gemar menanam bunga-bunga di taman di komplek, bahkan tepat di depan rumah aku. Indah sekali, semarak warna-warni. 

Tetapi ... tetapi ada tetangga lain yang menuduh pak Anto akan mengambil tanah umum milik komplek. Langsung saja bu Anto menceritakan keluh kesah penyesalan, memenuhi permitaan anak untuk menjual rumah yang di Surabaya. Padahal maksudnya agar ibu dan bapak Anto dekat dengan anak, yang ada di komplek tempat aku tinggal juga.   

Itulah beberapa contoh tentang orang tua yang tercerabut dari rumah, yang diceritakan ulang oleh suami.

Akhir-akhir ini kami sering membahas tentang hari tua. Apalagi sejak adanya pandemi covid-19., yang membuat 7 anak kos yang tadinya tinggal bersama dan menemani kami pulang ke rumah masing-masing. Mereka belajar daring dari rumah, tidak memerlukan tempat indekos lagi.

Kami pun merasa lebih baik tiada anak kos di rumah kami. Takut tempat kos kami menjadi kluster penyebaran covid-19. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun