Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cahaya Bulan yang Temaram

6 November 2020   17:51 Diperbarui: 7 November 2020   10:34 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari Pixabay, karya Geralt. Cahaya bulan yang temaram

Hampir setiap malam bulan menemui Siti Nurina, cahaya temaram menambah kecantikan wajah yang sering termenung di teras belakang rumahnya. Ibunya juga sering memperhatikan dari jendela dapur, putrinya seperti memendam kegundahan. Sebenarnya ingin sekali ibu bertanya, apa penyebab kegundahan putrinya. Tetapi bukankah ibu yang tinggal serumah, sudah sangat mengetahui kehidupan putrinya.  

"Ayo, kita makan malam, nak," kata ibu memanggil Nuri yang sedang termenung di teras belakang itu. 

Ayo bu," balas Nuri sambil melingkarkan tangan ke tubuh ibunya sambil sedikit menggelayut manja. 

"Sotonya masih hangat," kata ibu lagi yang dilanjutkan dengan, "Enak untuk kita nikmati saat udara dingin begini."

Nuri, begitulah nama panggilannya,  mengikuti  ibunya sambil tetap menggelayutkan tangan di pundak ibunya. 

Sudah lebih dari setahun Dimas, putra tunggalnya, pergi bekerja ke kota Samarinda. Walaupun Dimas belum pernah pulang, tapi berita hangat selalu bergulir melalui WA. Kabar Dimas  tentang istrinya yang sudah hamil, membuat Nuri teringat masa-masa menjalani kehamilannya lebih dari 30 tahun yang lalu.

Tetapi sudah menjadi kebiasaan Nuri untuk tidak melempar gundah sembarangan, demikian juga dengan ibunya yang tak ingin menambah resah hati putrinya. Semua itu sesuai ajaran almarhum ayah, sebagai manusia cukup selalu menghadapi kehidupan dengan perjuangan. Juga selalu memohon perlindungan dan pertolongan dari Allah dengan penuh rasa sabar dan rendah hati. 

"Enak sekali, malam-malam dingin begini menikmati soto buatan ibu," kata Nuri memecah kesunyian yang juga dirasakan oleh ibu.

"Bagaimana pesanan kue yang kamu buat?" ibu hanya tersenyum mendapat pujian atas soto buatannya dan malahan menanyakan bisnis kue yang dijalani oleh putrinya.

"Alhamdulillah, makin laris bu," kata Nuri, "Terima kasih, tentunya ini atas doa ibu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun