Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Satukan yang Beda, Harus Bisa

7 Juni 2020   22:17 Diperbarui: 8 Juni 2020   22:41 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Pixabay - Kanenori

Apakah yang dimaksud dengan beda?

Sudah jelas beda itu tidak sama. Pastilah yang beda itu lebih dari satu. Kalau hanya satu tidak perlu dibedakan. Bisa beda sedikit. Bisa beda banyak. Kalau ukuran beda adalah derajat. Manakah lebih banyak bedanya seratus delapan puluh derajat atau tiga ratus enam puluh derajat?

Antara bilangan 180 dan 360, yang lebih banyak adalah 360. Tapi untuk suatu beda, kalau pakai derajat. Tentulah lebih banyak beda seratus delapan puluh derajat. Artinya bertolak belakang. Maksudnya sangat berbeda, tak ada yang sama sedikit pun. Untuk beda tiga ratus enam puluh derajat, artinya balik sama lagi. Tidak ada beda sama sekali, maksudnya sama persis.

Yang beda itu banyak. Dalam satu keluarga saja, bisa ada anak-anak yang berbeda-beda. Ada yang berkulit putih ada yang berkulit hitam, ada yang berhidung mancung ada yang beridung pesek, ada yang memiliki rambut keriting ada yang memiliki rambut lurus,  ada yang tinggi ada yang pendek dan lain-lain masih banyak lagi. 

Tapi beda yang sering memicu pengumbaran kebencian adalah beda yang disebabkan oleh SARA, seperti yang sekarang terjadi di Amerika Serikat,  tewasnya pria kulit hitam bernama George Floyd oleh seorang polisi kulit putih Minnesota. Beda warna kulit yang merupakan salah satu pencetus adanya beda ras, berujung rusuh dan terus meluas di Amerika Serikat, bahkan merebak sampai ke negara lain.

Padahal beda SARA, yang merupakan akronim dari suku-agama-ras-antar golongan, juga bisa menghadirkan keindahan. Pengelolaan secara baik aneka budaya dihasilkan oleh suku yang berbeda-beda, melahirkan aneka kreativitas. Jangan mengungkung diri dalam sifat egois merasa yang paling indah. Kerjasama yang baik antar agama yang berbeda, bisa meningkatkan produktifitas. Misalnya saat Idul Fitri yang beragama Islam  beribadah dan libur, yang lain bekerja. Sebaliknya saat Nyepi yang beagama Hindu beribadah dan libur, yang lain bekerja. Saat Waisak  yang beragama Buddha beribadah dan libur, yang lain bekerja. Saat Natal yang beragama Kristen beribadah dan libur, yang lain bekerja. Ras dan antar golongan ada untuk saling menolong, bukan untuk berkomplot lalu memusuhi ras atau golongan lain.  

Kotak Pandora adalah kotak yang menurut mitos Yunani berisi masalah besar yang tak diinginkan. Bagaikan kutukan para dewa yang sekalinya dibuka tak ada yang bisa menutup kembali. 

Kalau yang di dalamnya adalah SARA, adakah yang bisa menutup kembali? Pertikaian SARA sebenarnya sudah  sering terjadi di Indonesia. Tapi lebih sering terjadinya lokal saja. Tak akan terlalu terasa bagi yang tidak terlibat. Paling-paling hanya tahu dari media. 

Peristiwa pancalonan Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017 itulah merupakan suatu peristiwa SARA yang menyembur kotak Pandora. Masalahnya Ahok datang dari suku yang sering mengalami benturan, suku minoritas non pribumi. 

Adakah yang bisa menutup kembali menghentikan semburan SARA dari kotak Pandora? Sebelum Indonesia merdeka, pemuda Indonesia banyak yang membentuk organisasi kesukuan. Misalnya Jong Java, Jong Soematranen Bond, Jong Batak Bond, Jong Islamieten Bond, Pemoeda Indonesia, Jong Celebes, Jong Ambon, Pemoeda Kaoem Betawi, Sekar Rukun (organisasi para pemuda Sunda) dan PPPI (Perhimpoenan Pelajar Peladjar Indonesia). 

Pada tahun 1928, mereka sudah sangat menginginkan terciptanya persatuan. Persatuan yang dilandasi oleh pendidikan, sehingga merasakan sebagai manusia mempunyai rasa kebangsaan. Tetapi harus ada keseimbangan dengan pendidikan di rumah yang tak melupakan melupakan hukum adat yang sudah ada sejak lama. 

Semua ini tercetus pada Konggres Pemuda Kedua pada tanggal 28 Oktober. Yang sampai saat ini tanggal tersebut selalu diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun