Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Beri Contoh dan Ajarkan Anak Cerdas Bergawai

27 Mei 2020   14:59 Diperbarui: 27 Mei 2020   14:50 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Pixabay - geralt

Siapa yang sekarang tidak mengenal gawai saat ini? Hampir setiap orang, setiap saat selalu menggenggam erat. Seakan berat untuk melepaskan. Gawai benar bagaikan secuil nyawa. Mau tahu tentang siapa, apa dan di mana pun di penjuru dunia bisa dilacak melalui gawai yang ada dalam genggaman setiap orang. 

Titik kehadiran gawai benar-benar merupakan  kemajuan menyenangkan, yang sangat sudah sulit untuk dihilangkan. Gawai  bisa membuat yang jauh dengan segera menjadi dekat. Tetapi ... tetapi awas bisa juga membuat yang dekat menjadi jauh. Suami jengkel terhadap istri yang tidak membaca cerita yang dia kirimkan melalui whatsapp. Bahkan ada nyawa hilang yang karena gawai, saat melalukan berfoto-foto di pinggir tebing yang curang dan terpeleset.

Ini hanya sesuatu yang saya alami. Seorang almarhum  nenek yang gemar menggenggam gawai ditangannya  (tentu saja mahir mengoperasikan)bisa panjang umur tanpa pikun. Seorang nenek yang sekarang masih hidup, tidak menyukai gawai, tidak bisa mengoperasikan untuk pengiriman pesan melalui whatsapp atau sms dan lain-lain, eh sekarang pikun. Ada lagi cerita dari keponakan yang menjadi guru paud, siswanya tidak bisa berkominikasi dengan baik. Siswa tersebut bisa mengoceh dalam bahasa Inggris dengan gramatika yang benar, tetapi tidak mengerti artinya. Menurut ibunya masa kecilnya sering didudukkan depan TV supaya tidak rewel. Ada lagi cucu keponakan yang sering didudukkan dengan gawai ditangannya. Ibu bisa santai dan anak anteng. Alhasil, kini dalam usianya menjelang 3 tahun belum bisa bicara. 

Berbagai akibat ada sejak bergulirnya gawai, ada yang baik ada yang buruk. Dari awal bergulir, sekarang gawai sudah mengalami perubahan fungsi dan model beraneka ragam. Awalnya hanya bisa untuk melakuan pengiriman berita secara telepon dan tertulis. Lanjut bisa mengambil dan mengirim gambar. Lanjut lagi bisa mengambil dan mengirim video. Belum lagi dilengkapi fasilitas media sosial (medsos) yang membuat setiap orang makin ingin menggenggam erat gawai masing-masing. 

Bagaimana mungkin melarang anak-anak untuk bergawai? Dilarang dan dibatasi di rumah, dikhawatirkan makin liar dalam penggunaan di luar rumah. Gawai sudah ada dimana-mana, dengan harga dari yang murah hingga yang mahal. Banyak bidang-bidang pelayanan masyarakat yang mewajibkan menguasai penggunaan gawai. Pokoknya gawai sudah merupakan sesuatu yang perlu. 

Apalagi sekarang di masa pandemi covid-19, hampir semua jenjang pendidikan menggunakan metoda belajar dari rumah. Para guru mengirim tugas-tugas untuk dikerjakan di rumah melalui gawainya ke gawai siswa-siswi, atau gawai orang tua siswa-siswi (tergantung tingkat pendidikannya). Dan siswa-siswi, atau orang tuanya mengirim hasil tugas melalui gawainya ke gawai guru.

Di tingkat pendidikan usia dini (paud) pun. Yang siswa-siswinya berusia 2 - 4 tahun. Guru mengirim video yang menggambarkan lambang-lambang dasar negara Indonesia sambil menyanyikan sebagai berikut.

Satu bintang

Dua rantai

Tiga pohon beringin

Keempat kepala banteng

Lima padi dan kapas

Di rumah siswa/siswi bersama ibunya belajar menyanyikan mengikuti ajaran guru. Setelah siswa/siswi bisa menyanyikan, ibunya berusaha meminta siswa/siswi untuk menghafalkan. Bila siswa/siswi sudah bisa, ibunya membuat video siswa/siswi yang menyanyikan lagunya. Lebih seru lagi kalau nyanyinya pakai gaya. Lalu dikirim melalui gawai ibunya ke gawai guru. 

Hampir seiap hari ada pesan, gambar atau video masuk dari guru. Sebagai tugas untuk siswa-siswi, sampai-sampai siswa-siswi sangat fasih dalam menirukan suara, gaya dan perintah guru. Justru siswa-siswi yang tampak cerdas dan rajin segera mengerjakan tugasnya, dan segera meminta ibunya agar segera membuat pesan, gambar atau video, untuk segera mengirim ke gawai guru. 

Kalau ibunya tidak cukup cerdas, siswa-siswi paud bisa mengendali gawai sendiri. Memang sudah jamannya. Gawai adalah temuan teknologi yang membawa perubahan besar. Supaya tidak membawa dampak negatif, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian banyak orang.

  1. Untuk semua orang, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, dewasa atau anak-anak. Harus diberi tanda petik "ibu-ibu" yang selalu mendampingi anak-anak. Gunakan gawai seperlunya. Supaya anak-anak dengan mudah dan senang dalam mencontoh tatacara penggunaan gawai.
  2. Jangan membelikan gawai khusus untuk anak-anak yang masih terlalu kecil. Cukup gunakan gawai ibu untuk untuk kepentingan anak-anak juga.
  3. Selalu lakukan dan ajarkan kepada anak-anak untuk meletakkan dan menyimpan gawai secara baik, di tempat khusus yang tetap.
  4. Katakan kepada anak-anak, dilarang menyalakan gawai sendiri. Anak-anak hanya boleh menggunakannya bersama ibu. Bahkan sebaiknya kendali ada ditangan ibu.
  5. Katakan kepada anak-anak, dilarang menerima panggilan gawai tanpa seijin ibu. Jadi biasakan gawai berdering terus bila ibu masih sibuk dangan lain hal. Jadikan panggilan gawai bukan merupakan gangguan. Bukankah nanti bisa dihubungi kembali karena selalu ada notifikasi.
  6. Jangan pernah membawa gawai ke tempat tidur. Hati-hati anak-anak akan dengan mudah mencontoh apa yang dilakukan ibu, atau orang dewasa lain yang ada di sekitarnya.

Semoga gawai tidak membawa dampak negatif, karena gawai merupakan sebuah lonjakan temuan teknologi. Ambillah manfaatnya. Pastilah berguna untuk semuanya

Hampir semua temuan teknologi mempunyai dua sisi. Sisi kebaikan dan sisi keburukan. Seperti mata pisau sisi kebaikannya bisa untuk memotong ayam dan daging sapi untuk opor dan rendang penikmat ketupat lebaran. Tetapi sisi keburukannya juga bisa untuk melakukan kejahatan pembunuhan. 

Bumi Matkita,

Bandung, 27/05/2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun