"Dit, ibu itu siapa?" tanya Enzy pada Ditri yang sedang melipat mukenanya.
Usai mendengar ceramah subuh, Enzy tidak menggesa untuk pulang. Gadis berhijab maroon itu sedari tadi justru memperhatikan seorang ibu di saf terdepan perempuan sebelah tiang. Enzy bahkan hafal tempat salat si ibu tak pernah pindah.
"Yang mana?" Ditri justru bertanya balik.
"Itu loh, ibu yang sholatnya di situ." Tangan Enzy menunjuk. "Dia selalu sholat di situ," lanjutnya.
"Oh, ya? Perhatian sekali kamu? Kalau Ustaz Mahen sholatnya di sebelah mana?" Ditri meledek Enzy.
"Apaan, sih? Aku serius."
"Aku juga serius!"
"Ditri nggak jelas!"
Jika tidak ingat sedang berada di area masjid, barangkali Ditri sudah tertawa keras. Sahabat Enzy itu bisa dikenali dari tawanya yang nyaring. Beruntung dia masih menjaga adab sebagai muslimah. Kedua tangan membekap mulutnya sambil menunduk.
Enzy meninggalkan Ditri yang masih berusaha menahan tawanya. Mengetahui Enzy sudah lebih dulu pergi, Ditri buru-buru melipat mukenanya, lalu berlari menyusulnya. Di pintu keluar khusus wanita, Ditri hampir saja menabrak seorang pria.