"Kunci rumah, Kang?" Bibi keluar kamar menyerahkan kunci.
"Permisi, Non."
Pria paruh baya itu membungkukkan badan dan melangkah ke luar. Aku hanya mengangguk. Mataku mengikuti langkah Mang Ding sampai hilang di balik pintu dan menguncinya dari luar. Aku bahkan tak menyadari Bibi memperhatikanku sejak tadi.
"Non Nayya?" panggilnya.
"Eh, Bi. Sa-saya kaget tadi." Aku berusaha jujur.
"Non mau makan sekarang?"
"Emm, Bibi sudah selesai ngajinya?"
"Sudah, Non."
Aku mengangguk. "Saya tunggu di meja makan, ya, Bi." Sambil balik badan meninggalkan kamar Bibi. Aku masuk ke kamarku untuk salat.
Usai salat, sambil menunggu Bibi menyiapkan makan malam, aku membuka beberapa pesan di ponselku. Sebuah nomor yang belum sempat kuberi nama kembali mengirimku pesan. Ada nominal baru yang dikirimkannya.
"Untuk apa lagi ini?" bisikku.