Mohon tunggu...
susi respati setyorini
susi respati setyorini Mohon Tunggu... Guru - penulis

Pengajar yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Titian Sepi_4

14 Desember 2018   09:15 Diperbarui: 18 Desember 2018   05:40 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bagian 4

Aku masih di depan jendela. Memandang lurus ke depan dan mata tertuju pada dedaunan yang gugur satu per satu.
Daun kering yang kini bersahabat dengan tanah lembab. Dedaunan yang telah mengering itu kembali tersapu angin. 

Bagai onggokan sampah tak berguna terserak di tanah. Bersatu dengan tanah yang menyatukan jiwa mereka setelah mati segera membusuk lantas kembali hancur homogen dalam lapisan tanah.

Andai daun kering punya jiwa ia sangat cemburu dengan daun yang masih hijau, segar serta erat berpelukan dengan ranting pohon di atas sana. Andai ia juga bisa berteriak: hai kau yang masih di atas sana, secepatnya kau pun akan sepertiku, gugur-mati-kering dan hancur menemani tanah bersama sang kala.

Helaan napasku bercampur kegetiran tentang analogi yang baru kubangun barusan.

Nenek, Bibi, Ayah, Ibu kemudian aku akan berubah tua lalu mati. Ah, siklus alam yang pasti terjadi. Siapa pun tak mungkin mengubahnya.

Aku tahu Mbak Dini datang lagi ke rumah Nenek ini. Ke rumah yang sekarang sah menjadi milik Bibi Sri. Sekaligus rumah yang mungkin menjadi tempatku tinggal selamanya. Yang juga berarti aku meninggalkan mereka: Ayah, Ibu, Mbak Dini juga Mas Ageng.

Mbak Dini pasti datang untuk membujukku karena ia masih berupaya mengajakku pulang. Semua ini pasti ada alasan Ibu di dalamnya. Ya, Ibu.
Sejak dulu Ibu menjadi sentral utama di rumah. Titahnya tak ada yang sanggup melawannya, termasuk aku gadis kecil Ibu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun