Mohon tunggu...
susi respati setyorini
susi respati setyorini Mohon Tunggu... Guru - penulis

Pengajar yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Drama KTP

28 Desember 2017   05:13 Diperbarui: 28 Desember 2017   06:10 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pengurusan KTP ternyata berbelit dan panjang serta lama. Apakah ini ada hubungannya dengan kasus yang melibatkan salah satu aktor pantomim dalam drama bisunya yang spektakuler di penghujung 2017?

Saya menggunakan antrian digital, dan menunjuk 'perekaman' sehingga saya mendapat antrian E002. Ternyata orang di sekitar saya memiliki antrian A---. Dan saya pun kembali ke depan memencet tombol A, pencetakan. Setelah bertanya kepada petugas saya disarankan mengambil antrian B. Dan saya memiliki antrian B010. 

Baiklah karena masih sangat pagi antrian saya lumayan pendek. Kembali ke dalam ternyata saya diarahkan ke depan karena ada pendaftaran di loket B. Setelah mendapat antrian B nanti ada petugas yang memberikan kertas kecil. Baru kemudian ke bagian perekaman.

Bagian perekaman memberikan kertas bukti tanda perekaman. Dan petugas pun menjelaskan bahwa data dibawa ke Jakarta dulu, dan 4 minggu lagi datang kembali untuk mengecek apakah sudah bisa dicetak.

Sampai di sini nafas saya sudah sangat kelelahan mengikuti alur drama ini. Di tempat lain alias kecamatan lain perekaman dilakukan di kecamatan tetapi pencetakan dilakukan di Kantor Capil. Apa boleh buat mungkin alat perekam rusak sehingga semua tahapan dilakukan di Kantor Capil ini.

Untuk pengurusan ktp sementara saya pun harus menyiapkan foto latar yang sesuai dan kembali ke dalam mengantarkan berkas pembuatan ktp sementara.

Ktp sementara bisa menjadi pengganti untuk pengurusan SIM karena memiliki fungsi yang sama.

Sambil menunggu ktp 'asli' bisa mengurus SIM 'asli'.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun