"Ya Alloh seandainya Mas Yogi itu aku, pasti akan kukorbankan segalanya buat bapak", bathinku.
Tiba tiba saja nafas bapak tersengal sengal dan tetap memanggil manggil Mas Yogi, aku begitu panik.
"Dokter......!!" Teriakku seraya membantu ayahku istigfar. Aku pegang kedua tangannya, dan kubisikan kalimat maaf di telinganya, kulihat ada setitik air mata di sudut pipinya. Yah ayahku menangis. Tiba tiba saja badan bapak lemas. Beliau meninggal.
"Ya Alloh bapakkkk", teriakku dalam hati. Aku tidak pernah iri dengan kondisi ekonomi masku, aku tidak pernah iri atas kasih sayang orang tuaku. Yang aku irikan hanya begitu mudahnya dia membuat bahagia orang tuaku. Sedang aku, sebesar apapun pengorbananku selalu dipandang sebelah mata oleh orang tuaku. Yah aku hanya ingin membahagiakan mereka, aku hanya mengharapkan ridhonya atas aku dan keluargaku itu saja cukup. Bahkan disaat terakhir ayahkupun yang disebut hanya nama Mas Yogi. Namun aku percaya Alloh tidak pernah tidur, Dia tau apapun yang kulakukan buat bapak, walaupun itu tetap tidak mampu menyenangkan bapak, bahkan sering ditolak bapak. Aku juga yakin bapak disana pasti melihat betapa aku selalu berusaha berbakti kepadanya, walaupun sekarang hanya melalui doa doa yang kukirimkan untuknya.Â
Yah.....dalam hati aku berjanji aku tidak akan menjadi orang tua yang pilih pilih dalam kasih sayang, karena setiap anak yang dilahirkan itu berbeda, mereka membawa fitrahnya masing masing.
Kita bahkan tidak akan tau anak mana yang nantinya berbakti kepada kita saat kita tua nanti. Bisa saja anak yang ternyata dulunya dibangga banggakan menjadi anak yang tidak perduli kepada kita, sebaliknya anak yang dulunya kita anggap tidak berguna justru dialah nantinya yang bisa menjaga kita hingga akhir hayat kita nanti.Â
Semoga saja Amiinn YRA.