Sungai Mekong menjadi nadi kehidupan bagi jutaan orang di Asia Tenggara dengan menghubungkan negara-negara seperti Thailand, Laos, Myanmar, Kamboja, dan Vietnam. Di tengah pesatnya globalisasi dan dinamika persaingan ekonomi, kawasan Mekong menyadari pentingnya memperkuat kerja sama untuk menghadapi tantangan bersama. Kerja sama ini mencakup aspek sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan hidup yang saling terkait.
Thailand, sebagai salah satu negara sentral di kawasan Mekong, memainkan peran strategis dalam mendorong integrasi ekonomi, pembangunan infrastruktur, dan solidaritas kawasan. Untuk lebih memahami peran Thailand, kita perlu menggali lebih dalam tentang latar belakang kerja sama Mekong yang telah dibangun sejak beberapa dekade terakhir.Â
Kawasan Mekong dikenal dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, potensi energi yang besar, serta peluang perdagangan yang sangat luas. Menyadari pentingnya sinergi regional, Asian Development Bank (ADB) pada tahun 1992 memprakarsai Greater Mekong Subregion (GMS) Economic Cooperation Program.Â
Program ini bertujuan memperkuat konektivitas fisik, memperluas perdagangan lintas batas, mengembangkan sektor swasta, serta memastikan pembangunan berkelanjutan. Dengan dasar inisiatif ini, kawasan Mekong mulai menjalin hubungan yang lebih erat, mengurangi ketimpangan antarnegara, serta meningkatkan daya saing kawasan dalam kancah ekonomi global.
Selain GMS, ada berbagai inisiatif lain yang juga lahir, seperti Ayeyawady-Chao Phraya-Mekong Economic Cooperation Strategy (ACMECS) yang diprakarsai Thailand pada tahun 2003, serta ada kolaborasi Mekong-Jepang dan Mekong-AS. Semua program ini berfokus pada pengembangan konektivitas, perdagangan, dan pembangunan sosial-ekonomi yang berkelanjutan. Dengan pondasi tersebut, Thailand mengambil langkah aktif untuk mendorong kerja sama yang lebih erat di kawasan ini yang akan menguntungkan Thailand dan juga negara-negara tetangga.
Sebagai negara yang memiliki posisi geografis strategis, Thailand memanfaatkan keunggulannya untuk menjadi pusat transportasi dan logistik di kawasan Mekong tersebut. Melalui proyek East-West Economic Corridor (EWEC), Thailand membangun jalan raya lintas batas yang menghubungkan wilayahnya dengan negara Laos dan Vietnam, yang bertujuan untuk mempercepat arus barang dan orang.Â
Selain itu, Thailand juga mengembangkan jalur kereta api baru, seperti proyek kereta api berkecepatan tinggi yang dirancang menghubungkan Bangkok, Vientiane, hingga Kunming di Tiongkok. Tidak hanya pada sektor infrastruktur, Thailand juga memperluas kerja sama di bidang pariwisata dengan mempromosikan "Mekong Tourism Alliance," memperkenalkan wisata lintas negara, serta memperkuat sektor energi melalui proyek-proyek pembangkit listrik tenaga air di sepanjang Sungai Mekong.
Namun, di balik inisiatif yang terus dikembangkan, terdapat berbagai tantangan besar yang perlu dihadapi untuk menjaga kesinambungan kerja sama. Pertama, terdapat ketimpangan pembangunan di antara negara-negara Mekong, di mana Thailand dan Vietnam relatif lebih maju dibandingkan Laos, Myanmar, dan Kamboja. Perbedaan ini menciptakan kesenjangan dalam kapasitas investasi dan penerimaan manfaat dari kerja sama, yang dapat memperlambat tercapainya tujuan integrasi kawasan.
Kedua, adanya perbedaan regulasi, tarif perdagangan, dan prosedur bea cukai antarnegara kerap menghambat kelancaran arus barang dan jasa. Harmonisasi kebijakan di bidang perdagangan menjadi pekerjaan rumah besar bagi kawasan ini agar perdagangan antarnegara bisa berjalan lebih efisien dan menguntungkan semua pihak.Â
Ketiga, persoalan lingkungan hidup terutama terkait dengan penggunaan sumber daya air Sungai Mekong. Thailand bersama negara-negara lainnya harus mencari titik temu antara kebutuhan pembangunan dan konservasi lingkungan agar tidak merusak ekosistem yang sangat vital bagi kawasan ini.
Selain itu, pengaruh geopolitik negara besar seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang dalam kerja sama Mekong juga membawa dinamika tersendiri. Persaingan kepentingan ini dapat mengancam netralitas dan solidaritas kawasan jika tidak dikelola dengan baik.Â