Mohon tunggu...
Rinda Aunillah Sirait
Rinda Aunillah Sirait Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Alam

Pemerhati satwa liar, penyiaran dan etika media massa. Kumpulan tulisan yang tidak dipublikasikan melalui media cetak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sayangilah Satwa Derenten!

23 Maret 2018   05:16 Diperbarui: 23 Maret 2018   16:57 1734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Heboh video pengunjung Kebun Binatang Bandung (KBB) melemparkan rokok ke orang utan perlu menjadi bahan evaluasi bersama. Peristiwa ini mengusik kesadaran sejauh mana kepedulian kita terhadap satwa liar? Bagaimana selayaknya kita memperlakukan mereka yang hidup di lembaga konservasi umum bernama kebun binatang?

Kunjungan ke KBB menjadi salah satu kenangan dalam benak warga Bandung. Warga Bandung kerap menjadikan KBB sebagai tempat pelesir yang bisa dinikmati di hari-hari istimewa seperti Lebaran, libur sekolah maupun libur tahun baru. 

Kebun Binatang dianggap sebagai objek wisata yang murah meriah. Rasanya teungteuingeun jika dalam kehidupan ini tidak pernah mengunjungi Kebun Binatang.

Derenten

KBB sejak lama dianggap sebagai salah satu objek wisata di Kota Kembang. Keberadaan KBB bahkan mewarnai sejumlah penerbitan di negeri ini. Dalam harian Pikiran Rakyat, Budayawan Sunda Hawe Setiawan sempat mengulas keberadaan KBB dalam buku bacaan sekolah dasar di tatar Sunda karya Sanusi dan Samsudi, Taman Pamekar. 

Di dalam Taman Pamekar ada cerita tersendiri tentang kunjungan ke KBB. Pada bagian akhir kisah cinta karya Sjarif Amin, "Manehna" (1965), terdapat gambaran suasana KBB sebagai tempat pertemuan antara Si "Kuring" dan Si "Manehna" yang tak pernah terlaksana. 

Menurut keterangan Harastoeti dari Bandung Heritage yang dikutip tempo.co, KBB merupakan hadiah dari pemerintahan Hindia Belanda kepada Ratu Belanda Wilhelmina pada 1923. 

Saat itu KBB diberi nama Jubileum Park yang berarti Taman Ulang Tahun. Pada 1950 pemerintah mengganti nama Jubileum Park menjadi Taman Sari. Perubahan nama secara formal itu berbeda dengan nama yang dikenal oleh warga. Sejak lama warga Bandung menyebut KBB sebagai derenten yang dalam bahasa Sunda berarti kebun binatang (serapan dari bahasa Belanda dierentuin)

Tingkah laku satwa yang dianggap lucu mengundang warga Bandung dan sekitarnya berkali-kali mengunjungi KBB. Mereka kerap menghabiskan waktu di KBB bercengkrama dengan keluarga, teman ataupun pacar. Sambil ngamparsamak (gelar tikar), celoteh dan canda mewarnai kunjungan mereka. Tak lupa botram, menikmati bekal makanan bersama-sama. Sungguh asyiknya!

Tak banyak yang tahu, sebenarnya kebun binatang memiliki fungsi edukasi dan fungsi konservasi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) No. 31/2012, kebun binatang merupakan salah satu bentuk lembaga konservasi umum yang mengemban amanah konservasi.

Dalam permenhut tersebut, lembaga konservasi memiliki fungsi untuk pengembangbiakan terkontrol, penyelamatan tumbuhan dan satwa, tempat pendidikan, peragaan, tempat penitipan sementara, sumber indukan dan cadangan genetik untuk mendukung populasi in-situ, sarana rekreasi, dan penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun