Mohon tunggu...
Rinda Aunillah Sirait
Rinda Aunillah Sirait Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Alam

Pemerhati satwa liar, penyiaran dan etika media massa. Kumpulan tulisan yang tidak dipublikasikan melalui media cetak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadilah Pengunjung Kebun Binatang yang Penyayang!

10 Maret 2018   09:16 Diperbarui: 10 Maret 2018   09:19 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kunjungan ke kebun binatang menjadi kenangan tersendiri bagi kita semua. Kebun binatang kental dengan anggapan objek wisata yang murah meriah, terjangkau bagi seluruh kalangan masyarakat. Di masa kecil, kebun binatang dianggap sebagai tempat pelesir yang dinikmati keluarga di hari-hari istimewa seperti Lebaran, Libran sekolah maupun tahun baru. Seolah tak lengkap rasanya jika seseorang seumur hidup tak pernah sekali pn mengunjungi kebun binatang.

Tak banyak yang tahu, sebenarnya kebun binatang memiliki fungsi edukasi dan fungsi konservasi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) No. 31/2012, kebun binatang merupakan salah satu bentuk lembaga konservasi umum yang mengemban amanah konservasi. Dalam permenhut tersebut, lembaga konservasi memiliki fungsi untuk pengembangbiakan terkontrol; penyelamatan tumbuhan dan satwa; tempat pendidikan; peragaan; tempat penitipan sementara; sumber indukan dan cadangan genetik untuk mendukung populasi in-situ; sarana rekreasi dan penelitian; serta pengembangan ilmu pengetahuan.

Kebun binatang sebagai salah satu lembaga konservasi bertanggung jawab atas kesejahteraan satwa koleksinya.  Terdapat lima prinsip kebebasan dalam kesejahteraan satwa yang harus dipenuhi, meliputi: Bebas dari rasa lapar dan haus; Bebas rasa tidak nyaman; Bebas sakit dan luka; Bebas berperilaku liar alami; serta bebas rasa takut dan stres.

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, setiap hari pengelola kebun binatang harus memastikan satwa cukup asupan makanan dan air minum bersih. Diet satwa harus diatur sesuai kebutuhan dan dibawah pengawasan ahli. Pemberian makanan pun memerlukan teknik khusus. Ini berarti tak perlu ada adegan pengunjung kebun binatang melemparkan makanan ke kandang satwa dengan alasan khawatir satwa kurang makan.

Pengelola kebun binatang harus memberikan lingkungan akomodasi hidup yang nyaman bagi satwa dengan menyediakan kandang yang memadai dan menyerupai habitat aslinya. Kandang harus bisa memberi kesempatan mengutarakan sifat dan perilaku khas alami juga. Ketersediaan paramedis dan fasilitas kesehatan yang memadai menjadi hal penting dalam pemberian perawatan untuk satwa sakit dan pencegahan penyakit. Terakhir, pengelola KBB harus memberi perlindungan untuk menghindari rasa takut dan stres. Upayakan desain kandang mampu meminimalisasi interaksi fisik satwa dengan pengunjung.

Terlena dengan nostalgia kebun binatang adalah objek wisata yang menghibur perlu dikaji ulang. Jangan berharap satwa di kebun binatang dapat memberikan atraksi yang mengundang senyum atau tawa lepas saja. Kematian Yani, gajah tunggang di Kebun Binatang Bandung menunjukkan betapa sulit satwa di sana untuk bertahan hidup. Penderitaan satwa yang terkurung di kandang dalam ondisi serba terbatas, bukanlah hal yang menghibur.
Berkunjung ke kebun binatang selayaknya disertai semangat mencintai satwa. Pengunjung bertanggung jawab menjaga sawa selama berada di kebun binatang. Syukur-syukur terlibat memastikan kondisi satwa memenuhi kaidah kesejahteraan satwa.

Fasilitas Terbatas

Penulis bersama sejumlah relawan peduli satwa di Bandung secara berkala pada 2016-2017 melakukan pemantauan kondisi satwa di Kebun Binatang Bandung (KBB). Pemantauan ini menggunakan aplikasi pengecekan kebun binatang Zoo RecAppyang dikembangkan Indonesian Society for Animal Welfare (ISAW).

Pengamatan tersebut menghasikan data skoring mengenai status kelayakan kehidupan satwa di kebun binatang melalui sebelas aspek penilaian, meliputiL konndisi tubuh, perilaku, kandang, pagar pembatas, lantai kandang, perlengkapan kandang, tempat berteduh/shelter, tempat bersembunyi, kondisi lingkungan, keamanan, dan papan peringatan. Hasil pemantauan mayoritas kandang sampel berstatus tidak layak.

Melalui pengamatan sekilas, sejumlah fasilitas pelengkap perlu perhatian khusus. Lingkungan KBB yang lmbab memungkinkan lumut muncul di hampir semua sudut. Keberadaan lumut di tempat tertentu, lantai tangga misalnya, berpotensi membahayakan pengunjung, terutama anak-anak. Penulis sempat melihat beberapa anak tergelincir bahkan jatuh di lantai licin yang berlumut. Di depan kandang kuda dan kambing gunung, ada tanaman hias berduri yang bisa melukai pengunjung.

Kebiasaan Pengunjung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun