Mohon tunggu...
Rindah Susiana
Rindah Susiana Mohon Tunggu... Guru - Ibu Pembelajar dan Pemerhati Anak

Pengelola di PAUD Rumah Balita Cerdas Yogyakarta sejak tahun 2010 sampai sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencari Ilmu Menjadi Tamunya Allah

13 Mei 2020   06:50 Diperbarui: 29 Mei 2020   19:23 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seperti pepatah orang bijak, bergurulah sampai ke negeri China. Mungkin tidak hanya sampai negeri China saja, namun sampai ke langit tujuhpun yang namanya ilmu ikhlas belum tentu didapatnya. Ya, menjalankan rukun islam ke lima membutuhkan yang namanya ilmu yang menyinggung dengan keikhlasan iman seseorang, sedikit dari bagian sepengetahuan saya dan yang saya rasakan, saya coba tuliskan disini.

Menjadi tamu agungnya Allah merupakan rukun islam kelima ibadah yang harus benar-benar dipersiapkan dari sejak dini, menjadi sangat penting agar mendapatkan haji yang mabrur atau haji yang diterimaNya. Berhaji karena Allah subhanahu wata'allah wajib membutuhkan ilmu dari sumber yang dipercayai sehingga tidak tergelincir dari cara yang subhat, artinya perjalanan ibadah haji wajib mengikuti sesuai apa yang dilakukan Rosulullah SAW. Apa saja yang harus dipersiapkan ;

1. Niat

Niat yang lurus hanya karena Allah, tidak sekedar niat diawal melainkan tetap harus dijaga atau istiqomah sehingga terlaksananya berangkat haji benar-benar bukan karena selain Allah. Jangan sampai sudah sebagai peserta daftar tunggu, hingga menunggu 30 tahun jangan sampai niatnya tidak terjaga. Untuk memantapkan niat ini adalah dengan memahami dan merealisasikan kalimat talbiah. Dalam surah al-Baqarah [2] ayat 196, Allah SWT berfirman, "Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah...."

2. Ghiroh

Perjalanan menuju jalan yang diridhoi ini membutuhkan pengorbanan, sekalipun jatuh dan bangun, bagaimana makna ghiroh atau semangat untuk supaya menjadi tamunya Allah hingga terwujud maka memerlukan persiapan yang matang terhadap kesiapan fisik dan mental.

Kesiapan di sini dari segi fisik tentunya berorientasi dengan kesehatan, selalu menjaga stamina fit, sudah tidak lagi bermalas-malasan untuk berolah raga secara rutin, sudah tidak lagi merokok, berolah raga dan lain sebagainya. Semangat berhijrah kejalan yang diridhoiNya dalam rangka istiqomah untuk meraihnya, dari cara pandang menjaga mentalpun menjamin atau mampu menjaga kebutuhan yang mendasar seperti ketenangan, kenyamanan dalam rangka menjaga semangat menuju ridhoNya.

3. Ilmu dan Bersabar

Setiap ibadah yang sempurna membutuhkan ilmu, dalam hal ini ilmu fiqh haji, termasuk aqidah dan akhlak, sunatullah untuk mempelajari bagaimana Rosulullah saat berhaji, banyak bertanya, mengikuti majelis tarbiyah karena untuk mendapatkan ridhoNyapun, seiring sejalan selalu dengan roja' dan khouf, antara yakin seyakin-yakinnya padaNya, dan pasti dimudahkan setiap hambaNya. Namun khouf menyadarkan bahwa kita harus merendah sebagai hambaNya, kita adalah lemah hanya Dialah yang Maha Kuasa, kita adalah kecil, hanya Allah yang Maha Besar, maka setiap kita dalam ibadahpun harus bersabar, dan bersabar dalam ikhtiar. 

Contoh beberapa kasus, pernah mencoba mendaftar haji, ternyata harus pupus karena menjadi korban MLM haji,  hal ini sulit baginya bisa langsung diterima, yang namanya menjadi korban itu bagai penyesalan, sebab pada saat itu kerugian yang tidak sedikit mau tidak mau harus bersabar dan bersabar. Adakalanya ada yang sudah menabung akhirnya rekening haji harus digunakan untuk  pembiayaan atau kebutuhan yang lain sehingga perjalanan menjadi tamuNya beberapa kali dibatalkan, inilah ikhtiar jika kita berkehendak namun tetap juga harus bersandar padaNya harus bersabar... 

Kemudian perkembangan pendaftar haji yang makin lama makin bertambah daftar tunggunya, subhanallah, artinya sekarang tingkat kesadaran menjalankan rukun islam kelima makin meningkat, bayangkan waiting list 30 tahun lebih. pada tahun 2011 saya mencoba mendaftar sehingga mendapatkan daftar tunggu untuk tahun 2020. Tidak seberapa saya menunggu hanya beberapa tahun, bahkan ada yang menunggu hingga 30 tahun Subhanallah, artinya apakah akan disia-siakan waktu yang cukup untuk menunggu dengan satu alasan yang bisa merusak nilai kesabaran. Sekalipun sudah memegang nomor kursi haji, tetap harus menjaga niat semata-mata menjalankan ibadah rukun islam ke lima. Mungkin mudah bagi yang cukup materi, namun bagi seseorang yang harus menabung dari sedikit demi sedikit itu sangat berbeda keadaannya, melainkan kesiapannya harus dijaga benar-benar agar pada saatnya ibadah wajib ini dapat dijalankan dengan kesiapan yang matang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun