Saya juga ingin membuat pengakuan bahwa saat ini saya juga meminum Kopi Gayo hingga Toraja dan kopi lainnya dari penjual donat dan bakery. Bahwa tulisan ini saya buat ketika debar-debar rindu kampung halaman semakin nyata. Rindu menikmati hari minggu hujan dengan secangkir kopi bersama bapak dan ibu. Bercerita tentang para maniak yang menikmati secangkir Kopi Lampung di kedai-kedai dengan berbagai macam aeropress, shyphon, chemex, atau apapun itu. Bahwa mereka menghargai jerih payah petani seharga Rp. 25.ooo hanya untuk secangkir, bukan sekilo seperti yang mereka terima.