Mohon tunggu...
Rina Nazrina
Rina Nazrina Mohon Tunggu... lainnya -

good books, good friends, good life :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Berhasilkah Serial TV "Laskar Pelangi"?

6 Januari 2012   03:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:16 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tak habis-habis rasanya membahas Laskar Pelangi. Karya ini rupanya terus berkembang menjadi karya-karya baru yang tidak bisa dinilai kurang dari karya pertamanya.

Kita tahu bahwa buku karya Andrea Hirata ini sangatlah laris, hingga berjuta-juta copy (baik versi asli maupun bajakannya). Dan tak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri. (Baca: Novel Laskar Pelangi Laris Manis di Korsel). Tahun ini, novel yang telah diterjemahkan ke dalam 26 bahasa ini akan diterbitkan di Amerika Serikat oleh Farrar, Straus and Giroux (FSG), penerbit New York yang terkenal banyak melahirkan karya sastra dunia pemenang Nobel.

Ada karya yang populer, tapi tidak berbobot. Ada pula karya berbobot, tapi tidak populer. Nah, buku Laskar Pelangi ini amat berbobot sekaligus amat populer. Jadi ketika filmnya rilis, masyarakat harap-harap cemas takut menghancurkan bukunya. Tapi saya yang selalu yakin dengan Miles dan Riri Riza, tidak banyak khawatir seperti orang-orang. Dan tampaknya keyakinan saya terbukti, karena filmnya pun disambut dengan sangat baik di masyarakat. Lima juta penduduk Indonesia bersemangat menonton. Belakangan, film ini pun dibawa ke festival film 26 negara di lima benua. (Baca: Laskar Pelangi Membuka Festival Film ASEAN I di Selandia Baru). Dan kabarnya, perusahaan produksi film Plan B milik Brad Pitt juga tertarik memfilmkan lagi Laskar Pelangi di Amerika sana dan telah mengontak pihak Andrea Hirata terkait Hak Cipta.
Dan Miles dan Riri Riza tidak berhenti. Setelah sukses memproduksi sekuelnya, Sang Pemimpi, mereka pun lanjut dengan membuat Musikal Laskar Pelangi. Tak hanya ramai di Indonesia, pementasan ini juga disaksikan dengan antusias oleh tak kurang dari 2000 penonton di Singapura. (Baca: Tampil di Esplanade Singapura, Musikal Laskar Pelangi Mengharumkan Nama Indonesia)

13258197091366032990
13258197091366032990

Dan kini muncullah Laskar Pelangi The Series di SCTV. Saat tulisan ini dibuat, sudah sampai di episode ke-11 dari total 15 episode. Berhasilkah serial TV ini?

Sejak awal saya tidak cemas karena Andrea Hirata sendiri merekomendasikan tayangan ini dan mengatakan bahwa bahkan dia yang menciptakan soundtracknya. Serial yang disutradarai oleh Guntur Soeharjanto ini disajikan dengan lebih kaya karena memunculkan bagian-bagian dalam novel yang tak sempat tergarap di layar lebarnya. "Lebih intens pada setiap bab novelnya dan saya kira sutradara mengambil angel yang berbeda dari film," kata Andrea Hirata saat dialog dalam Liputan 6 Pagi, Ahad (25/12/11).

Tapi pada tayangan perdananya tanggal 26 Desember, saya sempat skeptis. Pasalnya begini. Saya sudah gembar-gembor mengajak para keponakan saya, kakak, ibu dan bapak saya untuk menonton bersama di ruang keluarga. Namun ketika serial ini dimulai, setelah beberapa menit, keponakan saya yang kelas 3 SD mulai gelisah, dan akhirnya beringsut menonton Sponge Bob di kamarnya. Menyusul kemudian ibu saya yang menguap lalu juga masuk kamar, dan mulailah terdengar sinetron di kamarnya. Keponakan saya yang SMP malah sibuk dengan HP-nya dan mengutak-atik fesbuk sepanjang acara. Lalu kakak saya mengatakan bahwa dia akan menggoreng sesuatu untuk cemilan dan menghilang ke dapur. Akhirnya, yang tertinggal menonton cuma saya dan bapak saya. Itupun setiap jeda iklan, beliau cepat-cepat ganti ke channel berita yang ada talkshow politikus adu mulut.

Apa yang terjadi sebenarnya? Padahal cerita mengalir cukup bagus. Pemeran-pemerannya berakting dengan baik sekali. Latar keindahan Belitong itu membuat saya betah menonton.

Mungkin karena keluarga saya yang tinggal di pelosok desa di Bali ini memang belum membaca bukunya dan menonton filmnya, sehingga tidak mengantisipasi apa yang akan disuguhkan.

Mungkin bahasa Melayu Belitong itu begitu asing dan sulit dipahami dan anak-anak itu bicara begitu cepat sehingga penonton tak dapat menangkap dialognya. Teks yang kadang-kadang muncul juga font-nya terlalu kecil dengan warna yang tak jelas terlihat.

Mungkin keluarga saya itu menjadi tak tertarik lagi berempati dengan anak-anak pulau asing yang miskin dan kumal, karena keluarga kami sendiri juga cukup susah. Sehingga mereka lebih memilih melihat wajah-wajah selebriti yang cantik dan ganteng dengan mobil dan rumah mewah, lebih memilih kartun ringan yang bodoh tapi lucu, lebih memilih tayangan komedi situasi politik negara ini yang tak habis-habis lucunya.

Mungkin tayangan ini sangatlah berbeda dari yang biasanya mereka tonton di TV, yang memanjakan mata dan pikiran mereka, sehingga perlu waktu untuk beradaptasi dengan yang satu ini. Dan barangkali keluarga saya hanya satu dari sedikit keluarga yang belum bisa beralih dari "tayangan TV yang biasa". Semoga memang demikian.

Saya sendiri merasa makin hari ceritanya makin bagus. Dan saya yang awalnya juga berusaha keras memahami dialognya, kini sudah bisa menikmati dan malah ketagihan dengan logat dan kosakata Melayu Belitong itu. Kalau saja mendapat kesempatan seperti Upin Ipin, maka keponakan saya yang kecil juga pasti akan suka.

Episode favorit saya yang membuat saya terpingkal-pingkal sehingga kakak saya juga akhirnya tertarik ikut menonton adalah episode ke-10 ketika anak-anak Laskar Pelangi berusaha dengan berbagai cara menggagalkan pinangan Pak Cik Ilham terhadap Ibunda Muslimah. Episode ini sungguh kocak sekali.

Dan puncak penghargaan saya terhadap serial ini terjadi tadi malam, di episode ke-11, saat A Kiong (dan bukannya Lintang) nyaris putus sekolah karena persoalan ekonomi Babahnya. Saya menangis hampir di sepanjang tayangan. Salut dengan penulis naskah, ide cerita, sutradara, produser kreatif dan semuanyalah pendukung serial ini, karena telah berhasil menciptakan karya baru lagi. Karya adaptasi yang tak dapat ditebak, dan mengalir lancar sesuai karakter-karakter baru yang diciptakannya.

Saya yakin episode berikutnya hingga yang pamungkas akan dapat memuaskan para penggemar Laskar Pelangi yang telah mengikuti setiap perkembangannya.

[caption id="attachment_161644" align="aligncenter" width="476" caption="Para Pendukung Laskar Pelangi the Series"]

1325819536594081061
1325819536594081061
[/caption]

Jadi, berhasilkah serial TV ini? Dari segi kualitas, pasti berhasil. Dialog cerdas dengan humor segar, akting sempurna (tak hanya anak-anak asli Belitong itu, tapi juga Prisia Nasution sebagai Ibunda Muslimah), dan alur cerita memikat.

Dari segi apresiasi masyarakat, belum saya dengar berita resminya, tapi dari iklannya yang cukup banyak, dan dari facebook fans-nya Sanggar Anggara (pemeran Mahar di Laskar Pelangi the Series), serta berhasilnya serial ini menjadi trending topic di Twitter, perkiraan saya yang awam menyatakan bahwa serial ini berhasil meraih rating cukup tinggi.

Tapi seperti kata Pidi Baiq,

"Berhasil tidaknya suatu karya, bila diukur dari banyak atau tidaknya rating, maka kau adalah BURUH seni."


Links:
Andrea Hirata official site
Andrea Hirata: I Know Nothing about Writing
Laskar Pelangi the Movie
Musikal Laskar Pelangi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun